Minggu, 19 April 2015

Rahasia Cinta-Nya




Senin pagi, matahari terbit begitu cerahnya. Mencoba membisikkan kepada siapa saja bahwa ialah sang pemilik cahaya terbesar. Pemberi energi terkuat sejagat raya. Angin yang selalu bersenandung bersama dedaunan yang menguning terbang terayun-ayun. Burung-burung berterbangan mencari makan pada pagi yang cerah ini.
Lukisan alam yang tak dapat tergantikan. Aku berjalan seorang diri melewati jalan sempit perumahan pinggir kota. Mencoba memotong jalan, agar cepat sampai ketempat privatku. Pagi ini aku harus mengajar privat mengaji disalah satu perumahan yang cukup elit. Seorang keluarga yang mencoba dekat kepada-Nya. Sebuah keluarga yang awalnya sangat hedonis namun, mendapat sebuah hidayah sehingga saat ini sedang belajar dan kembali kepada islam. Semua bermula ketika aku pernah sekali mengisi pengajian ibu-ibu di masjid perumahan itu, sebab menggantikan ustadzahku yang tidak bisa hadir. Itupun karena keterpaksaan. Dari situlah berawal ibu mira memintaku untuk mengajar mengaji untuk dirinya dan anaknya. Rumah ibu mira tak jauh dengan kostsan ku, sehingga aku tempuh dengan berjalan kaki.
“Assalamualaikum salsa ?” ku sapa salsa, yang sedang bermain di halaman rumah.
“wa’alaikumussalam mb nida.. ayo masuk, salsa sudah menunggu mbak dari tadi.”
Salsa gadis yang manis nan jelita. Ramah dan periang. Itu yang membuatku betah hingga sampai saat ini masih mengajar ngaji.
“oh iya mb, semenjak  memutuskan memakai jilbab setelah masuk SMP, banyak teman yang ngomongin salsa mb, mereka semua ketawain salsa. Yang dibilang gak trendi lah, katroklah, kaya ibu-ibu lah. Pokoknya macem-macem mb.” Curhatnya.
Aku selalu memberikan waktu untuk salsa bercerita sebelum mengaji dan belajar tentang agama. dan cerita kali  sungguh membuatku bergetar. Perjuangan menggunakan jilbab di awal masa remajanya adalah sebuah usaha yang luar biasa. Dimana lingkungan yang sangat minoritas remajanya tidak  menggunakan jilbab. Katanya dia terinspirasi oleh diriku yang terlihat sangat rapi dan anggun ketika menggunakan jilbab. Meskipun larangan sempat dilakukan oleh papa dan mamanya. Namun, salsa tetap bersikeras untuk tetap menggunakan jilbabnya. Sebenarnya orang tua salsa tak masalah jika ia menggunakan jilbab, hanya saja orang tua salsa belum siap menerima cemoohan dan cibiran dari para tetangga dengan perubahan salsa. Aku teringat ketika perjuanganku dulu diawal mengenal hijab ini. Begitu sulit dan renta untuk mempertahankannya. Semakin lama, orang tua salsa pun memperbolehkannya dan saat ini  bahkan bu mira pun memakai jilbab, meskipun hanya ketika pergi jauh, kepasar, pengajian ataupun ke tempat walimahan. Selalu ku nasehati salsa agar selalu bersabar ketika cemoohan dari teman-temannya bermunculan. Sebab kasih sayang Allah bagi hamba-Nya tak akan terkira.
“selalu bersabar ya dik, insyaallah Allah akan menjaga salsa dengan jilbab yang digunakan. Menjauhkan dari perbuatan yang buruk dan mendekatkan yang baik. Tidak usah didengarkan celotehan dan cemoohan teman-teman salsa. Doakan saja agar mereka juga dapat berhijrah dan menggunakan jilbab sepeti salsa. Kan jadi nambah cantik, iya kan? Yuk.. kita ngaji dulu biar hati tenang fikiranpun cemerlang ^_^ ..” ajak ku, untuk mengusir kegundahan hatinya.
Pertemuan ini yang selalu kami nantikan, terutama salsa. Privat mengaji yang hanya seminggu 3 kali menjadi penyegar ruh kecil salsa yang mulai bersemi. Semoga kelak ia menjadi wanita sholehah yang dirindu surga. Pertemuan singkat bertemu bidadari kecil. Aku kembali mengingat bahwa ada janji bertemu teman sekelasku untuk mengerjakan tugas kelompok. Ini sudah sangat terlambat. Dengan berjalan sedikit cepat kembali kulewati lorong sempit itu. Tetapi ku lihat beberapa pemuda dengan penampilan yang sangat menyeramkan, bertato hewan menyeramkan dan botol minuman haram. Aku mengenal salah satu dari pemuda itu. Dia adalah kakak nya salsa.
“Astagfirullah begitukah sikapnya saat ini, mabok mabokan dan bergaul dengan preman-preman itu?” gumamku dalam hati.
Dengan sedikit berhati-hati dan terus melafadzkan kalimat lillah ku melewati mereka. Semoga Allah menjagaku dari ketidak kemungkinan yang ku bayangkan. Ketika ku lewat persis di depan mereka. Ada salah pemuda pemuda itu mengodaku, menyautiku dan sebaginya. Tetapi aku perhatikan. Kakak nya salsa hanya diam dan memandangiku. Aku rasa dia paham, siapa aku dan mengapa ia diam? Itu yang menjadi rahasia. Nafasku kembali lega, ternyata preman-preman itu tidak mencelakai ku.
****
Tidak ada pesan untuk pagi ini hingga pagi seterusnya. Rupanya telah ada kesalahan yang harus dihapus, termasuk pesan yang senantiasa aku tunggu. Menyambut pagi dengan satu azam dimasa yang akan datang. Aku tidak bisa meninggalkan secercah cahaya kemilau meski tidak pernah ku pandang atau aku yang tak mampu memandang. Cahaya harapan yang senantiasa menemani dikala keremangan jalan dan banyak batu menghadang kaki-kaki. Aku percaya cahaya itu senantiasa ada dalam pesan pagi yang selalu sampai.
Memberi sudut tersendiri untuk namamu adalah hal terindah. Satu keajaiban dimana Rabb yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang menyematkan sifat kasih dan sayangnya dalam sudut itu. Sudut yang tak bisa digantikan.
Dalam serpihan rasa yang membuncah ingin rasanya mengeluarkan kalimat-kalimat indah yang sering ku buat. Ku tulis dan ku masukkan dalam hati. Aku tak berani memberikannya padamu. Meski itu kesungguhanku.
Anida, semoga kau tetap dalam lindungan-Nya. Dalam limpahan rahmat-Nya dan dalam curahan kasih sayang-Nya. Izinkan aku untuk tetap mengucap namamu dalam setiap doa panjangku. Izin kan aku untuk tetap berharap menjadi seorang imam mu kelak. Nanti setelah aku menyelesaikan studi ku di sini. Insyaallah aku akan mempersuntingmu menjadi permaisuri dunia. Tunggu aku anida.... 
Azzam Al-Farisi
Pagi ini aku dikejutkan dengan salah satu email yang masuk. Surat yang begitu mengejutkan. Seseorang yang sangat aku kenal. Kakak kelasku ketika SMA dulu, menulis surat semacam ini? fikiranku tak menentu, antara senang dan tak percaya. Tak salahkah ia ketika menulis dan mengirimkannya padaku? Atau ini sebuah kode bahwa ia ingin menjadi imamku kelak?
Pagi ini hatiku bagaikan bunga sakura yang bermekaran. Indah tak terbayangkan lagi. Seseorang yang sempat bersemayam lama di hatiku dan doaku. Menyambut cintaku tanpa aku harus mengutarakannya. Apakah Allah yang mempertemukan ini semua?
Aku tak sanggup untuk membalas surat dari mas azzam. Ku coba menghubungi sahabatku via telpon. Mencoba meminta nasihat dan sarannya. Langkah apa yang harus aku lakukan.
“Assalamualaikum, shofi?”
“Wa’alaikumussalam, anida? Ada apa? Tumben pagi pagi udah nelpon?” jawabnya renyah.
“fi, pagi ini aku dapet email dari mas azzam..! ” ucapku dengan nada mengagetkan.
“haaahh.... serius kamu? Email apa? Dia keterima di madinah tah? Itu kan impian dia. hehe”
“ih.. bukan. Alhamdulillah klo emang dia keterima disana, tapi ini beda...” jawabku terputus.
“beda gimana?”
“dia mau jadi imamku aku fi!”
“hah!maksudnya apa da??” tanya shofi bingung.
“Ternyata dia suka sama aku juga fi, kaya aku suka sama dia, dan dia siap menikah denganku sampai aku dan dia lulus”.  
“aku ikut senang mendengarnya, perbanyaklah doa. Semoga ia kelak menjadi jodohmu. Jodoh kita gak ada yang tau lho da, walaupun perjanjian diawal telah dibuat. Tapi semuanya serahkan kepada-Nya.”
“iya fi, jazakillah ya atas doanya. Semoga mas azzam memang jodohku.”
“Aamiin..”
Aku sudahi percakapan pagi ini. bahagia tak terkira ketika sebuah rasa yang telah tertanam lama benar-benar nyata dan disambut baik dengannya. Cinta yang ku jaga selama itu ternyata disambut baik dengannya. Semoga benar apa yang dikatakan shofi, berharap kalau mas azzam adalah jodohku. Meski jarak yang membentang begitu lebarnya aku berharap apa yang dikatakan oeh mas azzam benar adanya dan sungguh-sungguh ingin menikah dengaku.
Pagi ini, aku bahagia..
***
Tiga bulan berlalu, aku masih sibuk dengan aktifitas kuliahku dan organisasiku. Tak ketinggalan privat mengajiku bersama gadis cantik bernama salsa. Semua nya berjalan lancar. Begitu pun hubunganku dengan mas azzam yang semakin baik. Meski tak pernah sekalipun bertemu. Hanya saling sapa melalui sms dan email saja. Menanyakan kabar dan aktivitas sehari-hari. Kadang kala aku pun menanyakan tugas kuliah kepadanya yang kurasa dia mampu untuk menjawab. Hubunganku semakin membaik dan membaik. Sampai akhirnya aku mengetahui semua kebohongan mas azzam.
Sore itu, aku dan shofi baru saja pulang dari toko buku. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya tanpa kompromi. Dan akhirnya kami harus berhenti disebuah toko pinggiran jalan, melindungi diri dari guyuran hujan yang tak mau kalah. Sayup-sayup mataku ku menangkap sosok yang sangat ku kenal. Dengan kacamata yang terkena air hujan. Kucoba bersihkan dan kembali aku lihat. Siapa sosok di sebrang sana.
“Astagfirullah... itu mas azzam!?” ucapku lirih
“ada apa da?” tanya shofi.
“itu mas azzam kan fi? Aku yakin itu mas azzam. Lalu siapa perempuan di depannya itu? Pegangan tangan fi.. coba kamu lihat ituu.. ”
Tanpa sadar air mata ku menetes. Seseorang yang sangat aku rindu dan ku nantikan. Seseorang yang setiap malam hadir dalam mimpiku. Yang menjadi penyemangatku dalam segala aktifitas. Seseorang yang telah berjanji akan menjadi imamku. Kalimat-kalimat indah itu, puisi-puisinya, senyumnya dan tawa renyahnya. Apakah itu semua hanya omong kosong?
Aku tak bisa mengendalikan air mata ku. Butiran-butiran itu terus mengalir tak terbendung. shofi hanya mendekapku. Tanpa berbicara sedikitpun. Hatiku hancur. Seperti daun berbentuk hati yang diiris oleh belati tajam secara paksa. Janji-janji mas azzam yang indahpun telah terbawa oleh guyuran hujan malam ini. biarlah hujan membawa semua kenangan manis itu, yang telah lama tertanam dan harus berakhir dalam waktu sekejab ini. pengharapan yang terbuang percuma.  

***
“ Terimaksih mas, telah membuatku berani bermimpi, menjadi wanita yang mungkin sangat bahagia kala itu dan terimakasih telah membuatku belajar menjadi wanita yang lebih tegar. Mungkin sampai sini saja hubungan kita. tak perlu dilanjutkan. Semoga kau langgeng bersama wanita itu. Terimakasih atas kebohongan yang mas rahasiakan selama ini”
_Anida Ghaida Tsurayya
Kukirim email singkat ini. aku tak memikirkan apa yang akan terjadi setelahnya. Aku memutuskan untuk melupakannya. Meskipun itu sangat sulit. Berusaha ku sambut kisah hidup baruku. Mungkin inilah akibat berharap kepada manusia. Mudah tersakiti dan dikecewakan. Kejadian ini menjadi cambuk tersendiri bagiku. Apakah ini teguran dari Allah? Ketika aku telah menduakannya?
Pagi datang lagi dengan tawaran kesegaran dan kehangatannya. Langit sudah semakin terang. Suasana pagi itu pecah dengan suara teriakan teman sekelas yang ramai membicarakan seseorang diluar kelas. Aku tak peduli dengan keramain, tetap asik bermain dengan laptopku. Di lain sisi hatiku yang sedang kacau membuat ku tak bersemangat. Aku tak mengerti apa yang membuat orang-orang diluar sana ramai.
“anida... kamu harus keluar dan melihat nya!” suara shofi dari kejauhan yang mulai mendekat. 
“aku tidak bersemangat melihat yang tidak penting fi.” Jawabku sekenanya.
“aku rasa kamu akan senang dan tak percaya melihatnya. Ayolah sebentar saja keluar.” Bujuk shofi.
Akhirnya aku pun dibuat penasaran dengan shofi. Temanku satu ini memang paling pintar merayuku dengan segala cara, meskipun dalam keadaanku yang sangat buruk. dengan sedikit malas kucoba langkahkan kaki ini keluar kelas. Aku melihat sosok yang asing. Ku coba membenarkan letak kacamataku. Memperhatikannya lagi. Dan aku paham siapa yang dimaksud dengan shofi dan teman-teman sekelas. Dia Farhan!
Mahasiswa yang dikenal jarang sekali masuk,berpenampilan seperti preman sering memakai anting-anting di hidungnya. Intinya semua prilaku buruk ia miliki. Dan yang membuatku terkejut adalah. Dia adalah kakaknya salsa! Dengan penampilan barunya. Menggunakan celana dasar agak cingkrang, kemeja hijam dengan garis putih di beberapa bagian. Dan sangat rapi. Penampilan barunya seperti teman-teman di harokiku. Subhanallah, Allah telah memberikan hidayah kepadanya.
Pagi ini kembali membuatku semakin mencintai-Nya. Begitu banyak manusia yang mencoba mencintai-Nya dan mendekat kepada-Nya. Sedangkan aku hanyalah seorang manusia yang sangat lalai akan karunia cinta-Nya yang begitu dasyat. Terbuai dengan fatamorgana dunia. Aku bersyukur bahwa Ia sangat mencintaiku dengan membuka semua kebohongan. Meskipun hatiku remuk redam. 
****
Diakhir masa akhir kuliahku, dengan tugas akhir yang menumpuk. Ku coba mengutarakan keinginanku untuk melepas privatku di rumah ibu mira. Bukan karena keidaknyamananku di rumah itu. Tapi karena jadwalku yang sudah sangat sulit aku bagi. Penelitian yang memakan begitu banyak waktuku. Menuntutku tinggal diluar kota untuk beberapa bulan kedepan. Demi menyelesaikan penelitian ini. 
Disenja ini, langit yang biasa berwarna jingga, berubah menjadi hitam kegelapan. Seolah mengerti bagaimana perasaanku saat ini. mencoba menahan semua kesedihan untuk melepas salsa dan keluarga ibu mira. Mereka yang telah aku anggap seperti adik dan ibuku ditanah rantau selalu menjadi pelangi tersendiri dalam hidupku. Terkhusus salsa yang begitu manja dan ceria ketika kedatanganku kerumahnya. Sama seperti saat ini, di senja ini.
“mb nida ada apa kesini? Kan jadwal ngajinya masih lusa” ucap salsa melihat kedatanganku.
Oh, mb ada urusan dengan mama salsa. Mama ada dirumah?” tanya ku
“ada mb, lagi baca buku di ruang tengah.” Jawabnya sembari merapihkan jilbabnya.
Aku selalu disambut dengan hangat oleh ibu mira. Senyum ramahnya dan sifat keibuannya membuat hangat suasana. Dengan hati-hati, ku utarakan apa maksudku. Dengan lidah yang sedikit kelu. Ku coba memulai percakapan.Ibu mira mendengarkan dengan seksama. Alasanku berhenti dari privat dan segala macam yang perlu aku bicarakan.
Diakhir, percakapan. Ibu mira bercerita tentang pemuda yang sangat buruk prilakunya dan akhlaknya. Menceritakan sepak terjang pemuda itu hingga pemuda itu mendapat hidayah dan kembali meniti jalan yang benar. Ibu mira tak kuasa menahan air matanya ketika bercerita. Aku paham siapa yang dimaksud dan mengerti bagaimana perasaan ibu mira saat itu. Saat menghadapi seorang anak yang disayangnya harus bergaul bersama preman-preman.
“ ibu sekarang senang melihat perkembangan farhan yang semakin membaik dik. Ibu sempat kaget juga dengan perubahannya. Farhan yang sebelumnya memang nakal, itu pun karena pertengkaran hebat yang terjadi dengan papa nya sehingga dia berteman dengan preman-preman itu. Awalnya farhan adalah anak yang baik dan penurut dan menyayangi adiknya. Salsa. Alhamdulillah Allah memberikan hidayah luar biasa kepada farhan. Semoga Allah selalu menjaganya dalam keadaan baiknya ini.”
Aku mengamini apa yang diucapkan oleh ibu mira, sampai pada akhirnya. Sesuatu yang begitu mengagetkanku.
“ibu sudah menganggapmu sebagai anak ibu sendiri da. Ibu punya keinginan yang sangat besar. Bermula saat kau pertama kali mengajar ngaji disini. Ibu melihat suatu yang berbeda pada dirimu. Dan itupun dirasakan oleh farhan. Dari kamu lah farhan banyak berubah. Selalu melihat mu secara sembunyi-sembunyi ketika kamu mengajar salsa dan ibu. Memperhatikanmu ketika dikampus sampai akhirnya dia berubah seperti sekarang. Ibu ingin kamu menikah dengannya. Ini pesan yang ia titipkan nya kepada ibu untuk disampaikan ke kamu anida. Sekarang farhan sedang pergi keluar kota untuk dauroh bersama teman-temannya dikampus. Jika anida bersedia ibu sekeluarga akan datang kerumah anida dan membicarakannya kepada orang tua anida. Bagaimana menurut anida?” ucap ibu mira sembari melihat ekspresi wajahku yang terlihat berbeda.
Aku bingung, kaget, senang dan tak percaya dengan semua ini. Semuanya terjadi dengan begitu singkat. Allah memiliki rencana lain yang jauh lebih baik. Selalu saja ada skenario yang dibuatnya dapat mengejutkan hamba-Nya yang telah khilaf atas dosa-dosa yang telah di lakukan. Begitu cepatnya Allah mengganti seseorang yang jauh lebih baik dari yang aku kira. Meski farhan memiliki masa kelam yang buruk. Tapi itu tidak menutup kemungkinan bahwa ia akan selalu buruk selamanya. Farhan mencoba menjadi lebih baik. Itu dia buktikan sengan perubahannya saat ini. Aku meminta waktu untuk menjawab semua permintaan dari ibu mira.
Senja ini, menjadi penentu. Bagaimana kehidupanku selanjutnya.
****
Aku bukanlah manusia sempurna. Aku bukanlah wanita sholehah yang kamu kira. Aku bukan wanita yang baik adabnya dan akhlaknya. Aku bukan wanita pintar yang memiliki prestasi melambung. Aku bukan wanita yang memiliki harta melimpah seperti khadijah. Aku bukanlah wanita superpower seperti wonder women. Aku bukan wanita yang lembut perangainya apalagi berbudi luhur. Aku bukan wanita rajin seperti yang kau bayangkan. Dan aku bukanlah wanita berparas jelita nan anggun.
Tapi, aku hanyalah seorang manusia yang ingin selalu tunduk kepada-Nya. Selalu mengikuti perintahnya, menjauhi larangannya. Selalu mengingat-Nya disetiap keadaan baik maupun buruk. Disaat keadaan senang maupun sedih. Aku berusaha selalu mengutamakan-Nya dalam segala kondisi dan situasi. Mencoba menjadi hamba yang taat dan patuh. Disiplin dan tepat waktu ketika panggilan-Nya memanggilku untuk menghadap-Nya. Mencurahkan segala kegundahan dan kepelikan hidup yang dirasa hanya kepada-Nya. Tak ada yang lain.
Dan aku adalah seorang wanita yang mencoba untuk menjadi wanita sholehah. Berusaha menjadi apa yang kau impikan dan idamkan. Berusaha menjadi madrasatul ‘ula yang baik. Berusaha menjadi guru peradaban yang dinanti-nanti. Tak ayal jika kau selalu meminta kepada-Nya agar mendapatkan wanita yang sempurna. Tapi ku berusaha untuk menjadi wanita sempurna seperti yang kau dambakan. Kau tahu mengapa? Sebab aku tahu, Allah akan menghadirkan kau yang tak jauh berbeda denganku. Yang selalu berusaha menjadi yang terbaik. Selalu mencoba mendekat kepada-Nya. Tanpa lelah, tanpa jeda dan tanpa henti.
Aku berusaha menjadi wanita seperti yang kau inginkan. Mencoba semuanya dari bawah. Berusaha meneladani para shohabiyah yang kau ceritakan, meneladani adab dan akhlaknya, melakukan perbuatan heroik  dan mencoba bertahan dan bersabar ketika terpaan musibah dan konflik membuncah. Itu semua ku lakukan untuk-Nya dan untuk mu. Ku ulangi sekali lagi, semua ini untuk-Nya dan untukmu.
Harapan yang tinggi membumbung selalu ku semai, agar benih-benih ini dapat tumbuh subur bersama sinarnya mentari yang kian tinggi dan tenggelam ketika masanya tiba. Selamat malam sang imam ku disana. Yang mungkin sedang mencurahkan seluruh keluh kesahmu kepada-Nya. Agar kita segera dipertemukan dalam cinta-Nya.
Allah maha mengetahui, ketika aku suatu perpisahan hampir saja terjadi pada keluargamu. Pada ibumu dan adikmu. Allah mempertemukannya dengan rencana yang sungguh luar biasa. ada rahasia cinta-Nya sehingga mempertemukan kita. mejadi abadi dalam janji-Nya.
Selamat malam cinta, biarkan sang mentari beserta langitnya menjadi saksi  ikatan suci kita...
-          Muhammad Farhan Al-Ghifary dan Anida Ghaidah Tsurayya -  

Tak terasa waktu sudah menunjukkan waktu 23.30 WIB. Ku sudahi tulisanku malam ini. ku matikan laptopku dan kutarik selimut hangatku. Sejak selesainya penelitianku saat itu juga. Ku putuskan untuk menerima farhan menjadi calon imamku. Dan malam ini begitu terasa panjang. Rembulan seperti enggan untuk berganti menjadi mentari yang terang. Malam yang terasa begitu syahdu. Dalam penantian paginya. Begitupun dengan diriku yang tak sabar menantikan hari esok. Bertemu dengan calon imamku di hari yang penuh kebahagiaan.
****


Share:

0 komentar:

Posting Komentar