Senin pagi, matahari terbit begitu cerahnya. Mencoba membisikkan kepada siapa saja bahwa ialah sang pemilik cahaya terbesar. Pemberi energi terkuat sejagat raya. Angin yang selalu bersenandung bersama dedaunan yang menguning terbang terayun-ayun. Burung-burung berterbangan mencari makan pada pagi yang cerah ini.
Lukisan alam yang tak dapat tergantikan. Aku berjalan seorang diri melewati jalan sempit perumahan pinggir kota. Mencoba memotong jalan, agar cepat sampai ketempat privatku. Pagi ini aku harus mengajar privat mengaji disalah satu perumahan yang cukup elit. Seorang keluarga yang mencoba dekat kepada-Nya. Sebuah keluarga yang awalnya sangat hedonis namun, mendapat sebuah hidayah sehingga saat ini sedang belajar dan kembali kepada islam. Semua bermula ketika aku pernah sekali mengisi pengajian ibu-ibu di masjid perumahan itu, sebab menggantikan ustadzahku yang tidak bisa hadir. Itupun karena keterpaksaan. Dari situlah berawal ibu mira memintaku untuk mengajar mengaji untuk dirinya dan anaknya. Rumah ibu mira tak jauh dengan kostsan ku, sehingga aku tempuh dengan berjalan kaki.
“Assalamualaikum salsa ?” ku sapa salsa, yang sedang bermain di
halaman rumah.
“wa’alaikumussalam mb nida.. ayo masuk, salsa sudah menunggu mbak
dari tadi.”
Salsa gadis yang manis nan jelita. Ramah dan periang. Itu yang
membuatku betah hingga sampai saat ini masih mengajar ngaji.
“oh iya mb, semenjak memutuskan memakai jilbab setelah masuk SMP, banyak
teman yang ngomongin salsa mb, mereka semua ketawain salsa. Yang dibilang gak
trendi lah, katroklah, kaya ibu-ibu lah. Pokoknya macem-macem mb.” Curhatnya.
Aku selalu memberikan waktu untuk salsa bercerita sebelum mengaji
dan belajar tentang agama. dan cerita kali
sungguh membuatku bergetar. Perjuangan menggunakan jilbab di awal masa
remajanya adalah sebuah usaha yang luar biasa. Dimana lingkungan yang sangat
minoritas remajanya tidak menggunakan
jilbab. Katanya dia terinspirasi oleh diriku yang terlihat sangat rapi dan anggun
ketika menggunakan jilbab. Meskipun larangan sempat dilakukan oleh papa dan
mamanya. Namun, salsa tetap bersikeras untuk tetap menggunakan jilbabnya.
Sebenarnya orang tua salsa tak masalah jika ia menggunakan jilbab, hanya saja
orang tua salsa belum siap menerima cemoohan dan cibiran dari para tetangga
dengan perubahan salsa. Aku teringat ketika perjuanganku dulu diawal mengenal
hijab ini. Begitu sulit dan renta untuk mempertahankannya. Semakin lama, orang
tua salsa pun memperbolehkannya dan saat ini
bahkan bu mira pun memakai jilbab, meskipun hanya ketika pergi jauh,
kepasar, pengajian ataupun ke tempat walimahan. Selalu ku nasehati salsa agar
selalu bersabar ketika cemoohan dari teman-temannya bermunculan. Sebab kasih
sayang Allah bagi hamba-Nya tak akan terkira.
“selalu bersabar ya dik, insyaallah Allah akan menjaga salsa dengan
jilbab yang digunakan. Menjauhkan dari perbuatan yang buruk dan mendekatkan
yang baik. Tidak usah didengarkan celotehan dan cemoohan teman-teman salsa.
Doakan saja agar mereka juga dapat berhijrah dan menggunakan jilbab sepeti
salsa. Kan jadi nambah cantik, iya kan? Yuk.. kita ngaji dulu biar hati tenang
fikiranpun cemerlang ^_^ ..” ajak ku, untuk mengusir kegundahan hatinya.
Pertemuan ini yang selalu kami nantikan, terutama salsa. Privat
mengaji yang hanya seminggu 3 kali menjadi penyegar ruh kecil salsa yang mulai
bersemi. Semoga kelak ia menjadi wanita sholehah yang dirindu surga. Pertemuan
singkat bertemu bidadari kecil. Aku kembali mengingat bahwa ada janji bertemu
teman sekelasku untuk mengerjakan tugas kelompok. Ini sudah sangat terlambat.
Dengan berjalan sedikit cepat kembali kulewati lorong sempit itu. Tetapi ku
lihat beberapa pemuda dengan penampilan yang sangat menyeramkan, bertato hewan
menyeramkan dan botol minuman haram. Aku mengenal salah satu dari pemuda itu.
Dia adalah kakak nya salsa.
“Astagfirullah begitukah sikapnya saat ini, mabok mabokan dan
bergaul dengan preman-preman itu?” gumamku dalam hati.
Dengan sedikit berhati-hati dan terus melafadzkan kalimat lillah ku
melewati mereka. Semoga Allah menjagaku dari ketidak kemungkinan yang ku
bayangkan. Ketika ku lewat persis di depan mereka. Ada salah pemuda pemuda itu
mengodaku, menyautiku dan sebaginya. Tetapi aku perhatikan. Kakak nya salsa
hanya diam dan memandangiku. Aku rasa dia paham, siapa aku dan mengapa ia diam?
Itu yang menjadi rahasia. Nafasku kembali lega, ternyata preman-preman itu
tidak mencelakai ku.
****
Tidak ada pesan untuk pagi ini hingga pagi seterusnya. Rupanya telah ada
kesalahan yang harus dihapus, termasuk pesan yang senantiasa aku tunggu.
Menyambut pagi dengan satu azam dimasa yang akan datang. Aku tidak bisa
meninggalkan secercah cahaya kemilau meski tidak pernah ku pandang atau aku
yang tak mampu memandang. Cahaya harapan yang senantiasa menemani dikala
keremangan jalan dan banyak batu menghadang kaki-kaki. Aku percaya cahaya itu
senantiasa ada dalam pesan pagi yang selalu sampai.
Memberi sudut tersendiri untuk namamu adalah hal terindah. Satu keajaiban
dimana Rabb yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang menyematkan sifat kasih dan
sayangnya dalam sudut itu. Sudut yang tak bisa digantikan.
Dalam serpihan rasa yang membuncah ingin rasanya mengeluarkan
kalimat-kalimat indah yang sering ku buat. Ku tulis dan ku masukkan dalam hati.
Aku tak berani memberikannya padamu. Meski itu kesungguhanku.
Anida, semoga kau tetap dalam lindungan-Nya. Dalam limpahan rahmat-Nya dan
dalam curahan kasih sayang-Nya. Izinkan aku untuk tetap mengucap namamu dalam
setiap doa panjangku. Izin kan aku untuk tetap berharap menjadi seorang imam mu
kelak. Nanti setelah aku menyelesaikan studi ku di sini. Insyaallah aku akan
mempersuntingmu menjadi permaisuri dunia. Tunggu aku anida....
Azzam Al-Farisi
Pagi ini aku dikejutkan dengan salah satu email yang masuk. Surat yang
begitu mengejutkan. Seseorang yang sangat aku kenal. Kakak kelasku ketika SMA
dulu, menulis surat semacam ini? fikiranku tak menentu, antara senang dan tak
percaya. Tak salahkah ia ketika menulis dan mengirimkannya padaku? Atau ini
sebuah kode bahwa ia ingin menjadi imamku kelak?
Pagi ini hatiku bagaikan bunga sakura yang bermekaran. Indah tak
terbayangkan lagi. Seseorang yang sempat bersemayam lama di hatiku dan doaku.
Menyambut cintaku tanpa aku harus mengutarakannya. Apakah Allah yang
mempertemukan ini semua?
Aku tak sanggup untuk membalas surat dari mas azzam. Ku coba menghubungi
sahabatku via telpon. Mencoba meminta nasihat dan sarannya. Langkah apa yang
harus aku lakukan.
“Assalamualaikum, shofi?”
“Wa’alaikumussalam, anida? Ada apa? Tumben pagi pagi udah nelpon?” jawabnya
renyah.
“fi, pagi ini aku dapet email dari mas azzam..! ” ucapku dengan nada
mengagetkan.
“haaahh.... serius kamu? Email apa? Dia keterima di madinah tah? Itu kan
impian dia. hehe”
“ih.. bukan. Alhamdulillah klo emang dia keterima disana, tapi ini beda...”
jawabku terputus.
“beda gimana?”
“dia mau jadi imamku aku fi!”
“hah!maksudnya apa da??” tanya shofi bingung.
“Ternyata dia suka sama aku juga fi, kaya aku suka sama dia, dan dia siap
menikah denganku sampai aku dan dia lulus”.
“aku ikut senang mendengarnya, perbanyaklah doa. Semoga ia kelak menjadi
jodohmu. Jodoh kita gak ada yang tau lho da, walaupun perjanjian diawal telah
dibuat. Tapi semuanya serahkan kepada-Nya.”
“iya fi, jazakillah ya atas doanya. Semoga mas azzam memang jodohku.”
“Aamiin..”
Aku sudahi percakapan pagi ini. bahagia tak terkira ketika sebuah rasa yang
telah tertanam lama benar-benar nyata dan disambut baik dengannya. Cinta yang
ku jaga selama itu ternyata disambut baik dengannya. Semoga benar apa yang
dikatakan shofi, berharap kalau mas azzam adalah jodohku. Meski jarak yang
membentang begitu lebarnya aku berharap apa yang dikatakan oeh mas azzam benar
adanya dan sungguh-sungguh ingin menikah dengaku.
Pagi ini, aku bahagia..
***
Tiga bulan berlalu, aku masih sibuk dengan aktifitas kuliahku dan
organisasiku. Tak ketinggalan privat mengajiku bersama gadis cantik bernama
salsa. Semua nya berjalan lancar. Begitu pun hubunganku dengan mas azzam yang
semakin baik. Meski tak pernah sekalipun bertemu. Hanya saling sapa melalui sms
dan email saja. Menanyakan kabar dan aktivitas sehari-hari. Kadang kala aku pun
menanyakan tugas kuliah kepadanya yang kurasa dia mampu untuk menjawab.
Hubunganku semakin membaik dan membaik. Sampai akhirnya aku mengetahui semua
kebohongan mas azzam.
Sore itu, aku dan shofi baru saja pulang dari toko buku. Tiba-tiba hujan
turun dengan derasnya tanpa kompromi. Dan akhirnya kami harus berhenti disebuah
toko pinggiran jalan, melindungi diri dari guyuran hujan yang tak mau kalah.
Sayup-sayup mataku ku menangkap sosok yang sangat ku kenal. Dengan kacamata
yang terkena air hujan. Kucoba bersihkan dan kembali aku lihat. Siapa sosok di
sebrang sana.
“Astagfirullah... itu mas azzam!?” ucapku lirih
“ada apa da?” tanya shofi.
“itu mas azzam kan fi? Aku yakin itu mas azzam. Lalu siapa perempuan di
depannya itu? Pegangan tangan fi.. coba kamu lihat ituu.. ”
Tanpa sadar air mata ku menetes. Seseorang yang sangat aku rindu dan ku nantikan.
Seseorang yang setiap malam hadir dalam mimpiku. Yang menjadi penyemangatku
dalam segala aktifitas. Seseorang yang telah berjanji akan menjadi imamku.
Kalimat-kalimat indah itu, puisi-puisinya, senyumnya dan tawa renyahnya. Apakah
itu semua hanya omong kosong?
Aku tak bisa mengendalikan air mata ku. Butiran-butiran itu terus mengalir
tak terbendung. shofi hanya mendekapku. Tanpa berbicara sedikitpun. Hatiku
hancur. Seperti daun berbentuk hati yang diiris oleh belati tajam secara paksa.
Janji-janji mas azzam yang indahpun telah terbawa oleh guyuran hujan malam ini.
biarlah hujan membawa semua kenangan manis itu, yang telah lama tertanam dan
harus berakhir dalam waktu sekejab ini. pengharapan yang terbuang percuma.
***
“ Terimaksih mas, telah membuatku berani bermimpi, menjadi wanita yang
mungkin sangat bahagia kala itu dan terimakasih telah membuatku belajar menjadi
wanita yang lebih tegar. Mungkin sampai sini saja hubungan kita. tak perlu
dilanjutkan. Semoga kau langgeng bersama wanita itu. Terimakasih atas
kebohongan yang mas rahasiakan selama ini”
_Anida Ghaida Tsurayya
Kukirim email singkat ini. aku tak memikirkan apa yang akan terjadi setelahnya.
Aku memutuskan untuk melupakannya. Meskipun itu sangat sulit. Berusaha ku sambut
kisah hidup baruku. Mungkin inilah akibat berharap kepada manusia. Mudah
tersakiti dan dikecewakan. Kejadian ini menjadi cambuk tersendiri bagiku. Apakah
ini teguran dari Allah? Ketika aku telah menduakannya?
Pagi datang lagi dengan tawaran kesegaran dan kehangatannya. Langit sudah
semakin terang. Suasana pagi itu pecah dengan suara teriakan teman sekelas yang
ramai membicarakan seseorang diluar kelas. Aku tak peduli dengan keramain,
tetap asik bermain dengan laptopku. Di lain sisi hatiku yang sedang kacau
membuat ku tak bersemangat. Aku tak mengerti apa yang membuat orang-orang
diluar sana ramai.
“anida... kamu harus keluar dan melihat nya!” suara shofi dari kejauhan
yang mulai mendekat.
“aku tidak bersemangat melihat yang tidak penting fi.” Jawabku sekenanya.
“aku rasa kamu akan senang dan tak percaya melihatnya. Ayolah sebentar saja
keluar.” Bujuk shofi.
Akhirnya aku pun dibuat penasaran dengan shofi. Temanku satu ini memang
paling pintar merayuku dengan segala cara, meskipun dalam keadaanku yang sangat
buruk. dengan sedikit malas kucoba langkahkan kaki ini keluar kelas. Aku
melihat sosok yang asing. Ku coba membenarkan letak kacamataku.
Memperhatikannya lagi. Dan aku paham siapa yang dimaksud dengan shofi dan
teman-teman sekelas. Dia Farhan!
Mahasiswa yang dikenal jarang sekali masuk,berpenampilan seperti preman
sering memakai anting-anting di hidungnya. Intinya semua prilaku buruk ia
miliki. Dan yang membuatku terkejut adalah. Dia adalah kakaknya salsa! Dengan penampilan
barunya. Menggunakan celana dasar agak cingkrang, kemeja hijam dengan garis
putih di beberapa bagian. Dan sangat rapi. Penampilan barunya seperti
teman-teman di harokiku. Subhanallah, Allah telah memberikan hidayah kepadanya.
Pagi ini kembali membuatku semakin mencintai-Nya. Begitu banyak manusia
yang mencoba mencintai-Nya dan mendekat kepada-Nya. Sedangkan aku hanyalah
seorang manusia yang sangat lalai akan karunia cinta-Nya yang begitu dasyat.
Terbuai dengan fatamorgana dunia. Aku bersyukur bahwa Ia sangat mencintaiku
dengan membuka semua kebohongan. Meskipun hatiku remuk redam.
****
Diakhir masa akhir kuliahku, dengan tugas akhir yang menumpuk. Ku coba
mengutarakan keinginanku untuk melepas privatku di rumah ibu mira. Bukan karena
keidaknyamananku di rumah itu. Tapi karena jadwalku yang sudah sangat sulit aku
bagi. Penelitian yang memakan begitu banyak waktuku. Menuntutku tinggal diluar
kota untuk beberapa bulan kedepan. Demi menyelesaikan penelitian ini.
Disenja ini, langit yang biasa berwarna jingga, berubah menjadi hitam
kegelapan. Seolah mengerti bagaimana perasaanku saat ini. mencoba menahan semua
kesedihan untuk melepas salsa dan keluarga ibu mira. Mereka yang telah aku
anggap seperti adik dan ibuku ditanah rantau selalu menjadi pelangi tersendiri
dalam hidupku. Terkhusus salsa yang begitu manja dan ceria ketika kedatanganku
kerumahnya. Sama seperti saat ini, di senja ini.
“mb nida ada apa kesini? Kan jadwal ngajinya masih lusa” ucap salsa melihat
kedatanganku.
Oh, mb ada urusan dengan mama salsa. Mama ada dirumah?” tanya ku
“ada mb, lagi baca buku di ruang tengah.” Jawabnya sembari merapihkan
jilbabnya.
Aku selalu disambut dengan hangat oleh ibu mira. Senyum ramahnya dan sifat
keibuannya membuat hangat suasana. Dengan hati-hati, ku utarakan apa maksudku.
Dengan lidah yang sedikit kelu. Ku coba memulai percakapan.Ibu mira
mendengarkan dengan seksama. Alasanku berhenti dari privat dan segala macam
yang perlu aku bicarakan.
Diakhir, percakapan. Ibu mira bercerita tentang pemuda yang sangat buruk
prilakunya dan akhlaknya. Menceritakan sepak terjang pemuda itu hingga pemuda
itu mendapat hidayah dan kembali meniti jalan yang benar. Ibu mira tak kuasa
menahan air matanya ketika bercerita. Aku paham siapa yang dimaksud dan mengerti
bagaimana perasaan ibu mira saat itu. Saat menghadapi seorang anak yang
disayangnya harus bergaul bersama preman-preman.
“ ibu sekarang senang melihat perkembangan farhan yang semakin membaik dik.
Ibu sempat kaget juga dengan perubahannya. Farhan yang sebelumnya memang nakal,
itu pun karena pertengkaran hebat yang terjadi dengan papa nya sehingga dia
berteman dengan preman-preman itu. Awalnya farhan adalah anak yang baik dan
penurut dan menyayangi adiknya. Salsa. Alhamdulillah Allah memberikan hidayah luar
biasa kepada farhan. Semoga Allah selalu menjaganya dalam keadaan baiknya ini.”
Aku mengamini apa yang diucapkan oleh ibu mira, sampai pada akhirnya. Sesuatu
yang begitu mengagetkanku.
“ibu sudah menganggapmu sebagai anak ibu sendiri da. Ibu punya keinginan
yang sangat besar. Bermula saat kau pertama kali mengajar ngaji disini. Ibu melihat
suatu yang berbeda pada dirimu. Dan itupun dirasakan oleh farhan. Dari kamu lah
farhan banyak berubah. Selalu melihat mu secara sembunyi-sembunyi ketika kamu
mengajar salsa dan ibu. Memperhatikanmu ketika dikampus sampai akhirnya dia
berubah seperti sekarang. Ibu ingin kamu menikah dengannya. Ini pesan yang ia
titipkan nya kepada ibu untuk disampaikan ke kamu anida. Sekarang farhan sedang
pergi keluar kota untuk dauroh bersama teman-temannya dikampus. Jika anida
bersedia ibu sekeluarga akan datang kerumah anida dan membicarakannya kepada
orang tua anida. Bagaimana menurut anida?” ucap ibu mira sembari melihat
ekspresi wajahku yang terlihat berbeda.
Aku bingung, kaget, senang dan tak percaya dengan semua ini. Semuanya
terjadi dengan begitu singkat. Allah memiliki rencana lain yang jauh lebih
baik. Selalu saja ada skenario yang dibuatnya dapat mengejutkan hamba-Nya yang
telah khilaf atas dosa-dosa yang telah di lakukan. Begitu cepatnya Allah
mengganti seseorang yang jauh lebih baik dari yang aku kira. Meski farhan
memiliki masa kelam yang buruk. Tapi itu tidak menutup kemungkinan bahwa ia
akan selalu buruk selamanya. Farhan mencoba menjadi lebih baik. Itu dia
buktikan sengan perubahannya saat ini. Aku meminta waktu untuk menjawab semua
permintaan dari ibu mira.
Senja ini, menjadi penentu. Bagaimana kehidupanku selanjutnya.
****
Aku bukanlah manusia sempurna. Aku bukanlah wanita sholehah yang
kamu kira. Aku bukan wanita yang baik adabnya dan akhlaknya. Aku bukan wanita
pintar yang memiliki prestasi melambung. Aku bukan wanita yang memiliki harta
melimpah seperti khadijah. Aku bukanlah wanita superpower seperti wonder women.
Aku bukan wanita yang lembut perangainya apalagi berbudi luhur. Aku bukan
wanita rajin seperti yang kau bayangkan. Dan aku bukanlah wanita berparas
jelita nan anggun.
Tapi, aku hanyalah seorang manusia yang ingin selalu tunduk
kepada-Nya. Selalu mengikuti perintahnya, menjauhi larangannya. Selalu
mengingat-Nya disetiap keadaan baik maupun buruk. Disaat keadaan senang maupun
sedih. Aku berusaha selalu mengutamakan-Nya dalam segala kondisi dan situasi.
Mencoba menjadi hamba yang taat dan patuh. Disiplin dan tepat waktu ketika
panggilan-Nya memanggilku untuk menghadap-Nya. Mencurahkan segala kegundahan
dan kepelikan hidup yang dirasa hanya kepada-Nya. Tak ada yang lain.
Dan aku adalah seorang wanita yang mencoba untuk menjadi wanita
sholehah. Berusaha menjadi apa yang kau impikan dan idamkan. Berusaha menjadi
madrasatul ‘ula yang baik. Berusaha menjadi guru peradaban yang dinanti-nanti.
Tak ayal jika kau selalu meminta kepada-Nya agar mendapatkan wanita yang sempurna.
Tapi ku berusaha untuk menjadi wanita sempurna seperti yang kau dambakan. Kau
tahu mengapa? Sebab aku tahu, Allah akan menghadirkan kau yang tak jauh berbeda
denganku. Yang selalu berusaha menjadi yang terbaik. Selalu mencoba mendekat
kepada-Nya. Tanpa lelah, tanpa jeda dan tanpa henti.
Aku berusaha menjadi wanita seperti yang kau inginkan. Mencoba
semuanya dari bawah. Berusaha meneladani para shohabiyah yang kau ceritakan,
meneladani adab dan akhlaknya, melakukan perbuatan heroik dan mencoba bertahan dan bersabar ketika
terpaan musibah dan konflik membuncah. Itu semua ku lakukan untuk-Nya dan untuk
mu. Ku ulangi sekali lagi, semua ini untuk-Nya dan untukmu.
Harapan yang tinggi membumbung selalu ku semai, agar benih-benih
ini dapat tumbuh subur bersama sinarnya mentari yang kian tinggi dan tenggelam
ketika masanya tiba. Selamat malam sang imam ku disana. Yang mungkin sedang
mencurahkan seluruh keluh kesahmu kepada-Nya. Agar kita segera dipertemukan
dalam cinta-Nya.
Allah maha mengetahui, ketika aku suatu perpisahan hampir saja
terjadi pada keluargamu. Pada ibumu dan adikmu. Allah mempertemukannya dengan
rencana yang sungguh luar biasa. ada rahasia cinta-Nya sehingga mempertemukan
kita. mejadi abadi dalam janji-Nya.
Selamat malam cinta, biarkan sang mentari beserta langitnya menjadi
saksi ikatan suci kita...
-
Muhammad
Farhan Al-Ghifary dan Anida Ghaidah Tsurayya -
Tak terasa waktu sudah menunjukkan waktu 23.30 WIB. Ku sudahi
tulisanku malam ini. ku matikan laptopku dan kutarik selimut hangatku. Sejak
selesainya penelitianku saat itu juga. Ku putuskan untuk menerima farhan
menjadi calon imamku. Dan malam ini begitu terasa panjang. Rembulan seperti
enggan untuk berganti menjadi mentari yang terang. Malam yang terasa begitu
syahdu. Dalam penantian paginya. Begitupun dengan diriku yang tak sabar
menantikan hari esok. Bertemu dengan calon imamku di hari yang penuh
kebahagiaan.
****
0 komentar:
Posting Komentar