pagi ini tak seperti biasanya.
Matahari semakin cerah memancarkan sinarnya. Langit yang nampak biru muda hingga udara yang seperti biasanya sedikit dingin, pagi ini
terlihat stabil bahkan bisa di bilang sejuk. Subhanallah.. sungguh indahnya
lukisan alam-Mu.
Ucap syukur anida disela
kesibukannya bersiap-siap untuk berangkat ke kampus tercinta. Ketika semua nya siap, dikeluarkannya hatake
bike’s. Alias sepeda kesayangan, yang hampir 2 tahun terakhir ini menemani hidupnya,
di saat suka dan duka. Disaat panas dan hujan, saat bahagia dan sedih hingga
lelah dan semangat. Namun pagi ini begitu berbeda. Ada rasa yang berbeda, entah
apa...
Sepanjang perjalanan menuju
kampus tercinta dengan mengayuh sepeda serta mendengarkan alunan musik, tim
nasyid kesayangan anida. Di sepanjang perjalanan, melewati perumahan warga yang
tersusun rapi dengan aktivitas yang berbeda-beda. Tanpa di sengaja seseorang
yang tak ia kenal Berpapasan dengannya. Semburat senyuman terpancar dari sosoknya.
Sosok yang tidak ia kenal. Sosok yang terlihat sangat ramah nan dewasa. Tetapi
dalam lubuk hati anida, ia merasa pernah bertemu sebelumnya. Dan sudut-sudut bibirku pun tertarik begitu
saja. Membalas senyumnya, senyum yang sempat menyita perhatianku.
Meski hanya beberapa detik.
Senyuman itu indah sekali dengan tutur wajah yang begitu ramah. Gumamnya dalam
hati. Astagfirullah. Ia tersadar bahwa tak seharusnya iya berfikiran seperti
itu. Inikan sudah termasuk zina hati?
“Ya Rabb.. kuatkan hati Hamba Mu
ini, jauhkan dari segala zina yang ada”. Ucapan doa anida dalam hati, seketika
ketika pertemuan singkat itu.
***
Pertemuan pagi yang singkat nan
berkesan. Selalu saja terngiang dalam fikiran anida. Rasanya sulit sekali
menghapus ingatan itu. Meskipun sangat singkat, entah mengapa sulit sekali
melupakannya. Senyuman itu begitu tulus, lembut dan indah.
“Ah sudahlah, bisa gila aku dibuatnya ”.
ungkap anida lirih sembari membuka buku, memulai belajar.
“ ada yang berbeda pagi ini, kenapa kamu
seyum-senyum saja pagi ini, tapi di lain sisi kamu sedikit galau an...?” tanya khansa, sahabat akrabnya melihat sedikit keaneh dalam
diri anida pagi ini.
“ahh.. aku tidak apa-apa khan,
hanya saja.....” ucap anida terpotong.
“hanya saja apa anida? Sepertinya
ada kejadian yang membuat kau senang pagi ini”.
tanya khansa semakin penasaran.
“Iya khan, pagi ini aku
mendapatkan seikat senyuman indah di sudut jalan kota ini, senyuman yang penuh
keramahan, keikhlasan dan benar-benar senyuman yang khas. ” jawab anida lugas.
“Waw.. senyum siapa itu? Aku jadi
penasaran? ” cerca khansa.
“ aku juga tidak tahu khan,
sepertinya aku mengenalinya, dan pernah bertemu sebelumnya. yang pasti aku sangat pengenal senyuman itu,
tapi entah kenapa aku benar-benar lupa. Dia siapa?. Seorang laki-laki yang sepertinya lebih dewasa diatas kita, tapi wajah nya begitu asing
dimataku.” Jawab anida penuh tanya.
Anida tak henti-hentinya
tersenyum disertai kebimbangan. Siapakah dirinya yang memiliki senyuman indah?
Sepertinya aku sangat mengenal senyuman itu,? Tetapi dimana?kapan? dan siapa?
Begitu banyak tanda tanya memenuhi pikirannya.
***
Malam minggu, tepat disaat muda
dan mudi bercanda ria bersama menghabiskan malam seperti dunia milik berdua. Satnight yang
ramai akan kemaksiatan dan pemupukan dosa. Tetapi tak seperti yang dilakukan
anida. Ia sibuk dengan tugas kuliah yang menggunung. Disela-sela belajar ia membuka
lemari untuk mengambil sebuah buku, namun tak disengaja anida teringat akan
sebuah kotak berhiaskan hello kitty yang
sudah lama di simpannya. Ia bahkan hampir lupa kapan terakhir membukanya. Kotak
penuh kenangan masa kanak-kanaknya. Kotak dimana semua suka dan duka masa-masa
kecilnya. Dibukalah kotak itu, foto-foto, tulisan-tulisan yang masih hancur dan
terbata-bata sangat jelas terpampar di
satu kertas warna-warni. Ini surat dari kak faris. Iya benar. Aku sangat ingat.
Ini surat dari kak faris ketika aku berulang tahun yang ke 8. Saat itu usia kak
faris 10 tahun. Dia tetanggaku yang sangat baik, ramah dan penyayang. Meskipun
aku bukanlah adik kandungnya. Tetapi dia
begitu sayang kepadaku. Rumah kak faris tepat di depan rumahku. Di salah
satu perumahan di kota Bandar Lampung. Hari-hariku indah bersamanya, sebab aku anak tunggal dalam keluargaku.
Dengan adanya kak faris yang selalu
hadir di saat ku sedih dan duka. Hidupku semakin ceria. Namun semua itu tak
berjalan lama. Kak faris harus pergi ke kalimantan, sebab tugas dinas dari
orang tua kak faris. aku sangat mengingatnya dan tak akan melupakannya.
Kepergian kak faris menorehkan luka yang begitu dalam hingga kini. Sosok yang
tak mudah aku temukan. Hingga detik ini akupun tak tau kabarnya.
Dan malam ini kenangan itu seolah
hadir kembali di mata anida. Masa- masa yang indah. Ternyata disaat kak faris
meninggalkan nya. Perasaan yang awalnya biasa saja. Kini berkembang mejadi benih-benih
cinta. Sejak kepergiannya. Anida merindukannya. Dan anida sadar bahwa ia jatuh cinta dengan kak faris. meskipun bisa di
bilang itu cinta monyet. Kak faris adalah cinta pertamanya.
Ahh... indahnya mengingat masa
lalu. Tetapi sedih rasanya, hingga detik ini aku tidak bisa bertemu dengannya.
Tapi.. kenapa senyum kak faris
sedikit mirip dengan lelaki tempo hari?
Senyum keramahan dan indah. Senyum itu? Apakah dia kak faris? tapi tak mungkin
!!
Kak faris sudah di kalimantan,
dan kemungkinan kecil untuk kembali. Pikiranku kacau balau malam ini. lebih baik ku tidur saja.
***
Sang surya telah menampakkan
sinarnya sejak tadi dan anida masih tetap dalam mimpi indahnya. Tanpa disadari
anida kesiangan!
“hah? Jam berapa ini?” dengan
sigap aku pun cepat mandi dan siap-siap
untuk ke kampus. Anida teringat akan tugas nya yang belum di print out. Dan ia
pun mampir di salah satu warnet dekat kampus.
“total semua 15.000 mb”
“Bentar ya mas...”
Tanpa sadar dompet anida
tertinggal dirumah, sebab keteledorannya. Uang gak ada. Aku harus bayar pake
apa?
“Gimana mb?”
“maaf ya mas, sebelumnya, dompet
saya ketinggalan. Nanti saya kesini lagi, buat ngambil kertasnya.” Jawab anida
dengan memelas.
Pake uang saya aja dulu mas.
Berapa tadi? 15 ribu? Ini. Pas kan.?” Tiba-tiba seseorang menawarkan diri
membayar.
Sontak anida terkejut luar biasa.
inikan laki-laki yang kemaren. Ya
Tuhan.. senyuman itu....
“Pakai uang saya dulu aja mbak.
Nanti bisa di ganti lagi.” Sembari tersenyum penuh keramahan.
Jangan mas, nanti saya balik lagi aja.
Ndak usah mbk. Besok mbak kesini
lagi aja, saya sering kesini kok. Saya punya ruko di depan jalan sana. Silahkan
saja mampir.
Oh iya..makasih ya mas.
Ngomong-ngomong ini mas yang kemaren di
jalan bukan ya? Selidik anida
Hmm... mbak yang pake sepeda ya?
Iya mas, wah.. sepertinya saya
pernah melihat mas sebelumnya?
Oh ya....?
Haduhh.. nanti lagi ya mas, saya
harus ke kmpus sekarang, nama mas siapa?
.....Ahmad”
Saya anida. Saya pergi dulu ya
mas.”
***
Namanya ahmad. Lelaki pemilik
senyuman indah. Untuk kedua kalinya ku
bisa bertemu. Bahkan saling tatap menatap. Dengan pertemuan yang begitu dekat.
Aku semakin mengenalnya. Tetapi siapa??
Setelah pertemuan keduanya, anida
dan ahmad semakin sering bertemu. Sebab tempat kerja dan kampus anida
berdekatan. Baik di sengaja atau yang
tak di duga keatangannya. Ahmad pemuda pemilik senyuman ramah itu sering sekali
muncul dimanapun anida berada. Toko fotocopyan, toko buku, masjid bahkan sampai
di pasar pun. Anida sedikit dibuat
bingung. Mengapa ahmad sangat selalu saja ada dimanapun keberadaan anida.
Namun, anida tetap positif thinking saja. Mungkin memang sedang kebetulan.
Sore itu, ketika anida pulang
dari kampus. Ada keramaian di jalur dua arah menuju rumah. Jalanan macet. Ada
polisi dan ambulan. Telah terjadi kecelakaan rupanya. Dengan sedikit penasaran
anida mendekati kerumunan orang itu. Bangkai motor yang tak asing dimatat anida.
Dengan keberanian ia mencoba bertanya perihal kecelakaan yang telah terjadi.
siapakah yang kecelakaan dan bagaimana kronologinya. Salah satu bapak yang menjadi saksi kejadian dicoba dekatinya
dan mencoba bertanya.
“ ada mobil yang datang dari arah
berlawanan tapi tidak melihat jalanan kalau ada motor yang sedang lewat.
Pengendara mobil berusaha kabur, tapi di kejar dengan warga. Pemuda pengendara sepeda motor itu luka parah
dan sudah di bawa kerumah sakit.” Tutur bapak tua.
Bapak tahu tidak siapa nama
pemuda itu?” tanya anida, dengan rasa was-was.
“Kalau gak salah tadi namanya
Muhammad faris kamal”.
Setelah mendengar nama itu.
Seperti ada petir yang menyambar hati anida. Kakinya lemas, lidahnya kelu, dan
matanya memandang nanar. Seolah tak percaya. Jika seseorang yang akhir-akhir
ini dekat dengannya adalah kak faris. orang yang selama ini di rindu. Seseorang
yang pernah membekas dan mengakar dalam hatinya. Sifatnya yang teduh,
kedewasaanya yang selalu berusaha menjaganya. Dan kebutaan pada diri anida mengapa
tidak menyadarinya sejak awal kalau ahmad yng ia kenal adalah kak faris. dengan keadaannya yang tak
bisa lagi menahan air mata. Ia tanyakan dimana rumah sakit pemuda itu dibawa. Dengan sigap dan cepat
anida mencari angkot dan berusaha mengerjar waktu supaya tetap mempertemukannya
dengan kak faris. untaian doa tak terputus sepanjang perjalanan. Agar Allah
tetap mempertemukannya dan menjaganya serta menyelamatkannya dari
ketidakmungkinan.
15 menit berlalu. Anida berlari
mencari dimana kak faris di rawat. Setelah bertanya kepada suster anida sudah
berada di depan kamar kak faris. sudah banyak orang yang datang. Salah satunya
om arman. Ayah kak faris, yang sangat anida kenal. Tangisan tak terbendung
menyelimuti senja ini. anida berusaha meminta masuk, dengan sedikit gemetar.
Anida tak kuasa melihat tubuh kak faris yang terbaring tak berdaya. Dengan beberapa luka besar yang jelas terlihat.
Tubuhnya telah kaku, anida tak sanggup membendung air matanya lagi. Wajah
teduhnya , jenggot tipisnya dan senyumannya menjadi ciri khas kak faris.
seseorang yang anida rindukan. Ternyata sudah tak bernyawa lagi. Anida tak
sempat berbicara sedikit pun di akhir hayat kak faris. Hanya kenangan yang
menjadi penawar sakit anida selama ini. senyuman di akhir perjalanan kak faris
yang sangat indah membuat anida tak kuat berdiri lagi dan tak sadarkan diri.
Tak kuasa menerima kenyataan pahit. Orang yang sangat di rindu, di cintai dan
di sayangi harus pergi meninggalkannya selama-lamanya.
Setelah beberapa menit berlalu
anida sadar, om arman memberikan satu kotak yang berada dalam tas faris. Sebab
Di atas kotak tersebut tertulis sebuah nama indah.
“Teruntuk Anida Ghaidah Tsurayya”
Ternyata. Sebelum kak faris kecelakaan,
kak faris ingin menitipkan sebuah kado
untuk anida, sebab besok adalah hari ulang tahun anida. Cerita om arman. di
dalam kotak itu terdapat satu jilbab indah berwarna biru muda. Warna yang
sangat disukai anida. Dan terdapat satu buah surat.
“ Dear Anida Ghaida Tsurayya...
Yang insyaAllah akan terus
bersinar seperti bintang tsurayya, menyinari siapa saja yang kegelapan dan
kesendirian. Kakak adalah manusia yang dhoif, manusia tak sempurna yang selalu
ingin menjadi seseorang yang baik di mata siapapun, termasuk di kedua mata
anida. Maafkan kakak yang telah membohongimu cukup lama. Dengan berpura-pura
menjadi ahmad yang asing bagimu. Bukan
maksud kakak ingin menjauh darimu dik. Tetapi kakak hanya ingin melihat
perkembanganmu selama ini. tenyata kau telah berubah menjadi wanita cantik nan
solehah. Yang selalu menjaga izzahnya dan pandangannya. Sifat periangmu yang
tetap melekat tak hilang dimakan waktu.
Setelah lama kakak jauh darimu,
kakak tersadar bahkan rasa rindu dan sayang kakak tak bisa di bohongi. Meski kakak
berusaha untuk menepisnya, tapi tetap saja kakak tak bisa melawannya.
Anida .. ada satu azzam yang
telah kakak buat, sebulan lagi, selepas kakak pulang dari jakarta. Kakak ingin
datang kerumah mu dan mengikat janji kepada orang tuamu dik. Insyaallah jika
Allah menghendaki niat baik kakak. Semoga kelak cinta-Nya mempertemukan kita
dik.
Maafin kakak juga ya dik, kalau
kakak sering memperhatikanmu dimana saja, itulah sebabnya kenapa anida sering
melihat kakak. Itu hanya keisengan kakak yang tidak pernah terobati. Mungkin sampai
kakak bisa mendapatkanmu. Hehehe..
Selamat ulang tahun anida
kecil. Maaf ya tidak ada balon biru seperti yang kamu inginkan. Tapi doa kakak
tak akan pernah terputus untuk kamu dik”
Muhammad faris kamal_
Seketika, seperti ada petir
menyambar hati anida.
“Ya Allah, aku tidak dapat
membendung rasa sedih ini. aku tidak pernah menyangka bahwa hari ini akan menjadi
hari yang penuh pilu. Seseorang yang sempat bersandar di hatiku, mengapa harus
pergi dengan cepat. Bahkan ia berniat akan melamarku... tak bisakah aku
melihatnya lagi?? senyuman yang selama ini kuperhatikan diam-diam. Senyum milik
seseorang yang kukagumi. Ya Allah, tak bisakah Kau membiarkanku menikmati
senyumnya setiap hari? Disaat senang dan sedihku, di pagi dan malamku?”
Tangis anida tumpah. Bersamaan dengan
azan magrib berkumandang. Terdengar begitu syahdu, namun terasa menyayat hati. Pandangan
anida semakin berkabut. Semakin pudar. Badannya terasa berat untuk digerakkan. Gelap.
Semakin gelap.
***
0 komentar:
Posting Komentar