Rabu, 08 April 2015

Senyuman indah itu...




pagi ini tak seperti biasanya. Matahari semakin cerah memancarkan sinarnya. Langit  yang nampak  biru muda hingga udara yang  seperti biasanya sedikit dingin, pagi ini terlihat stabil bahkan bisa di bilang sejuk. Subhanallah.. sungguh indahnya lukisan alam-Mu.

Ucap syukur anida disela kesibukannya bersiap-siap untuk berangkat ke kampus tercinta.  Ketika semua nya siap, dikeluarkannya hatake bike’s. Alias sepeda kesayangan, yang hampir 2 tahun terakhir ini menemani hidupnya, di saat suka dan duka. Disaat panas dan hujan, saat bahagia dan sedih hingga lelah dan semangat. Namun pagi ini begitu berbeda. Ada rasa yang berbeda, entah apa...
Sepanjang perjalanan menuju kampus tercinta dengan mengayuh sepeda serta mendengarkan alunan musik, tim nasyid kesayangan anida. Di sepanjang perjalanan, melewati perumahan warga yang tersusun rapi dengan aktivitas yang berbeda-beda. Tanpa di sengaja seseorang yang tak ia kenal Berpapasan dengannya. Semburat senyuman terpancar dari sosoknya. Sosok yang tidak ia kenal. Sosok yang terlihat sangat ramah nan dewasa. Tetapi dalam lubuk hati anida, ia merasa pernah bertemu sebelumnya.  Dan sudut-sudut bibirku pun tertarik begitu saja. Membalas senyumnya, senyum yang sempat menyita perhatianku.
Meski hanya beberapa detik. Senyuman itu indah sekali dengan tutur wajah yang begitu ramah. Gumamnya dalam hati. Astagfirullah. Ia tersadar bahwa tak seharusnya iya berfikiran seperti itu. Inikan sudah termasuk zina hati?
“Ya Rabb.. kuatkan hati Hamba Mu ini, jauhkan dari segala zina yang ada”. Ucapan doa anida dalam hati, seketika ketika pertemuan singkat itu.
***
Pertemuan pagi yang singkat nan berkesan. Selalu saja terngiang dalam fikiran anida. Rasanya sulit sekali menghapus ingatan itu. Meskipun sangat singkat, entah mengapa sulit sekali melupakannya. Senyuman itu begitu tulus, lembut dan indah.  
 “Ah sudahlah, bisa gila aku dibuatnya ”. ungkap anida lirih sembari membuka buku, memulai belajar.
 “ ada yang berbeda pagi ini, kenapa kamu seyum-senyum saja pagi ini, tapi di lain sisi kamu sedikit  galau an...?” tanya khansa,  sahabat akrabnya melihat sedikit keaneh dalam diri anida pagi ini.
“ahh.. aku tidak apa-apa khan, hanya saja.....” ucap anida terpotong. 
“hanya saja apa anida? Sepertinya ada kejadian yang membuat kau senang pagi ini”.  tanya khansa semakin penasaran.
“Iya khan, pagi ini aku mendapatkan seikat senyuman indah di sudut jalan kota ini, senyuman yang penuh keramahan, keikhlasan dan benar-benar senyuman yang khas. ” jawab anida lugas.
“Waw.. senyum siapa itu? Aku jadi penasaran? ” cerca khansa.
“ aku juga tidak tahu khan, sepertinya aku mengenalinya, dan pernah bertemu sebelumnya.  yang pasti aku sangat pengenal senyuman itu, tapi entah kenapa aku benar-benar lupa. Dia siapa?.  Seorang laki-laki yang sepertinya  lebih dewasa  diatas kita, tapi wajah nya begitu asing dimataku.” Jawab anida penuh tanya.
Anida tak henti-hentinya tersenyum disertai kebimbangan. Siapakah dirinya yang memiliki senyuman indah? Sepertinya aku sangat mengenal senyuman itu,? Tetapi dimana?kapan? dan siapa? Begitu banyak tanda tanya memenuhi pikirannya.
***
Malam minggu, tepat disaat muda dan mudi bercanda ria bersama menghabiskan malam  seperti dunia milik berdua. Satnight yang ramai akan kemaksiatan dan pemupukan dosa. Tetapi tak seperti yang dilakukan anida. Ia sibuk dengan tugas kuliah yang menggunung. Disela-sela belajar ia membuka lemari untuk mengambil sebuah buku, namun tak disengaja anida teringat akan sebuah kotak berhiaskan hello kitty  yang sudah lama di simpannya. Ia bahkan hampir lupa kapan terakhir membukanya. Kotak penuh kenangan masa kanak-kanaknya. Kotak dimana semua suka dan duka masa-masa kecilnya. Dibukalah kotak itu, foto-foto, tulisan-tulisan yang masih hancur dan  terbata-bata sangat jelas terpampar di satu kertas warna-warni. Ini surat dari kak faris. Iya benar. Aku sangat ingat. Ini surat dari kak faris ketika aku berulang tahun yang ke 8. Saat itu usia kak faris 10 tahun. Dia tetanggaku yang sangat baik, ramah dan penyayang. Meskipun aku bukanlah adik kandungnya. Tetapi dia  begitu sayang kepadaku. Rumah kak faris tepat di depan rumahku. Di salah satu perumahan di kota Bandar Lampung. Hari-hariku indah bersamanya,  sebab aku anak tunggal dalam keluargaku. Dengan adanya  kak faris yang selalu hadir di saat ku sedih dan duka. Hidupku semakin ceria. Namun semua itu tak berjalan lama. Kak faris harus pergi ke kalimantan, sebab tugas dinas dari orang tua kak faris. aku sangat mengingatnya dan tak akan melupakannya. Kepergian kak faris menorehkan luka yang begitu dalam hingga kini. Sosok yang tak mudah aku temukan. Hingga detik ini akupun tak tau kabarnya.
Dan malam ini kenangan itu seolah hadir kembali di mata anida. Masa- masa yang indah. Ternyata disaat kak faris meninggalkan nya. Perasaan yang awalnya biasa saja. Kini berkembang mejadi benih-benih cinta. Sejak kepergiannya. Anida merindukannya. Dan anida  sadar bahwa ia  jatuh cinta dengan kak faris. meskipun bisa di bilang itu cinta monyet. Kak faris adalah cinta pertamanya.  
Ahh... indahnya mengingat masa lalu. Tetapi sedih rasanya, hingga detik ini aku tidak bisa bertemu dengannya. Tapi..  kenapa senyum kak faris sedikit  mirip dengan lelaki tempo hari? Senyum keramahan dan indah. Senyum itu? Apakah dia kak faris? tapi tak mungkin !!
Kak faris sudah di kalimantan, dan kemungkinan kecil untuk kembali. Pikiranku kacau balau malam ini.  lebih baik ku tidur saja.
***
Sang surya telah menampakkan sinarnya sejak tadi dan anida masih tetap dalam mimpi indahnya. Tanpa disadari anida kesiangan!
“hah? Jam berapa ini?” dengan sigap aku pun cepat  mandi dan siap-siap untuk ke kampus. Anida teringat akan tugas nya yang belum di print out. Dan ia pun mampir di salah satu warnet dekat kampus.
“total semua 15.000 mb”
“Bentar ya mas...”
Tanpa sadar dompet anida tertinggal dirumah, sebab keteledorannya. Uang gak ada. Aku harus bayar pake apa?
“Gimana mb?”
“maaf ya mas, sebelumnya, dompet saya ketinggalan. Nanti saya kesini lagi, buat ngambil kertasnya.” Jawab anida dengan memelas.
Pake uang saya aja dulu mas. Berapa tadi? 15 ribu? Ini. Pas kan.?” Tiba-tiba seseorang menawarkan diri membayar.
Sontak anida terkejut luar biasa. inikan laki-laki yang kemaren.  Ya Tuhan.. senyuman itu....
“Pakai uang saya dulu aja mbak. Nanti bisa di ganti lagi.” Sembari tersenyum penuh keramahan.
 Jangan mas, nanti saya balik lagi aja.
Ndak usah mbk. Besok mbak kesini lagi aja, saya sering kesini kok. Saya punya ruko di depan jalan sana. Silahkan saja mampir.
Oh iya..makasih ya mas. Ngomong-ngomong  ini mas yang kemaren di jalan bukan ya? Selidik anida
Hmm... mbak yang pake sepeda ya?
Iya mas, wah.. sepertinya saya pernah melihat mas sebelumnya?
Oh ya....?
Haduhh.. nanti lagi ya mas, saya harus ke kmpus sekarang, nama mas siapa?
.....Ahmad”
Saya anida. Saya pergi dulu ya mas.”
***
Namanya ahmad. Lelaki pemilik senyuman indah.  Untuk kedua kalinya ku bisa bertemu. Bahkan saling tatap menatap. Dengan pertemuan yang begitu dekat. Aku semakin mengenalnya. Tetapi siapa??
Setelah pertemuan keduanya, anida dan ahmad semakin sering bertemu. Sebab tempat kerja dan kampus anida berdekatan.  Baik di sengaja atau yang tak di duga keatangannya. Ahmad pemuda pemilik senyuman ramah itu sering sekali muncul dimanapun anida berada. Toko fotocopyan, toko buku, masjid bahkan sampai di pasar pun.  Anida sedikit dibuat bingung. Mengapa ahmad sangat selalu saja ada dimanapun keberadaan anida. Namun, anida tetap positif thinking saja. Mungkin memang sedang kebetulan.
Sore itu, ketika anida pulang dari kampus. Ada keramaian di jalur dua arah menuju rumah. Jalanan macet. Ada polisi dan ambulan. Telah terjadi kecelakaan rupanya. Dengan sedikit penasaran anida mendekati kerumunan orang itu. Bangkai motor yang tak asing dimatat anida. Dengan keberanian ia mencoba bertanya perihal kecelakaan yang telah terjadi. siapakah yang kecelakaan dan bagaimana kronologinya. Salah satu bapak  yang menjadi saksi kejadian dicoba dekatinya dan mencoba bertanya.
“ ada mobil yang datang dari arah berlawanan tapi tidak melihat jalanan kalau ada motor yang sedang lewat. Pengendara mobil berusaha kabur, tapi di kejar dengan warga.  Pemuda pengendara sepeda motor itu luka parah dan sudah di bawa kerumah sakit.” Tutur bapak tua.
Bapak tahu tidak siapa nama pemuda itu?” tanya anida, dengan rasa was-was.
“Kalau gak salah tadi namanya Muhammad faris kamal”.
Setelah mendengar nama itu. Seperti ada petir yang menyambar hati anida. Kakinya lemas, lidahnya kelu, dan matanya memandang nanar. Seolah tak percaya. Jika seseorang yang akhir-akhir ini dekat dengannya adalah kak faris. orang yang selama ini di rindu. Seseorang yang pernah membekas dan mengakar dalam hatinya. Sifatnya yang teduh, kedewasaanya yang selalu berusaha menjaganya. Dan kebutaan pada diri anida mengapa tidak menyadarinya sejak awal kalau ahmad yng ia kenal  adalah kak faris. dengan keadaannya yang tak bisa lagi menahan air mata. Ia tanyakan dimana rumah sakit  pemuda itu dibawa. Dengan sigap dan cepat anida mencari angkot dan berusaha mengerjar waktu supaya tetap mempertemukannya dengan kak faris. untaian doa tak terputus sepanjang perjalanan. Agar Allah tetap mempertemukannya dan menjaganya serta menyelamatkannya dari ketidakmungkinan.
15 menit berlalu. Anida berlari mencari dimana kak faris di rawat. Setelah bertanya kepada suster anida sudah berada di depan kamar kak faris. sudah banyak orang yang datang. Salah satunya om arman. Ayah kak faris, yang sangat anida kenal. Tangisan tak terbendung menyelimuti senja ini. anida berusaha meminta masuk, dengan sedikit gemetar. Anida tak kuasa melihat tubuh kak faris yang terbaring tak berdaya.  Dengan beberapa luka besar yang jelas terlihat. Tubuhnya telah kaku, anida tak sanggup membendung air matanya lagi. Wajah teduhnya , jenggot tipisnya dan senyumannya menjadi ciri khas kak faris. seseorang yang anida rindukan. Ternyata sudah tak bernyawa lagi. Anida tak sempat berbicara sedikit pun di akhir hayat kak faris. Hanya kenangan yang menjadi penawar sakit anida selama ini. senyuman di akhir perjalanan kak faris yang sangat indah membuat anida tak kuat berdiri lagi dan tak sadarkan diri. Tak kuasa menerima kenyataan pahit. Orang yang sangat di rindu, di cintai dan di sayangi harus pergi meninggalkannya selama-lamanya.
Setelah beberapa menit berlalu anida sadar, om arman memberikan satu kotak yang berada dalam tas faris. Sebab Di atas kotak tersebut tertulis sebuah nama indah.
“Teruntuk Anida Ghaidah Tsurayya”
Ternyata. Sebelum kak faris kecelakaan, kak faris ingin menitipkan  sebuah kado untuk anida, sebab besok adalah hari ulang tahun anida. Cerita om arman. di dalam kotak itu terdapat satu jilbab indah berwarna biru muda. Warna yang sangat disukai anida. Dan terdapat satu buah surat.
“ Dear Anida Ghaida Tsurayya...
Yang insyaAllah akan terus bersinar seperti bintang tsurayya, menyinari siapa saja yang kegelapan dan kesendirian. Kakak adalah manusia yang dhoif, manusia tak sempurna yang selalu ingin menjadi seseorang yang baik di mata siapapun, termasuk di kedua mata anida. Maafkan kakak yang telah membohongimu cukup lama. Dengan berpura-pura menjadi ahmad  yang asing bagimu. Bukan maksud kakak ingin menjauh darimu dik. Tetapi kakak hanya ingin melihat perkembanganmu selama ini. tenyata kau telah berubah menjadi wanita cantik nan solehah. Yang selalu menjaga izzahnya dan pandangannya. Sifat periangmu yang tetap melekat tak hilang dimakan waktu.
Setelah lama kakak jauh darimu, kakak tersadar bahkan rasa rindu dan sayang kakak tak bisa di bohongi. Meski kakak berusaha untuk menepisnya, tapi tetap saja kakak tak bisa melawannya.
Anida .. ada satu azzam yang telah kakak buat, sebulan lagi, selepas kakak pulang dari jakarta. Kakak ingin datang kerumah mu dan mengikat janji kepada orang tuamu dik. Insyaallah jika Allah menghendaki niat baik kakak. Semoga kelak cinta-Nya mempertemukan kita dik.  
Maafin kakak juga ya dik, kalau kakak sering memperhatikanmu dimana saja, itulah sebabnya kenapa anida sering melihat kakak. Itu hanya keisengan kakak yang tidak pernah terobati. Mungkin sampai kakak bisa mendapatkanmu. Hehehe..
Selamat ulang tahun anida kecil. Maaf ya tidak ada balon biru seperti yang kamu inginkan. Tapi doa kakak tak akan pernah terputus untuk kamu dik”
Muhammad faris kamal_

Seketika, seperti ada petir menyambar hati anida.
“Ya Allah, aku tidak dapat membendung rasa sedih ini. aku tidak pernah menyangka bahwa hari ini akan menjadi hari yang penuh pilu. Seseorang yang sempat bersandar di hatiku, mengapa harus pergi dengan cepat. Bahkan ia berniat akan melamarku... tak bisakah aku melihatnya lagi?? senyuman yang selama ini kuperhatikan diam-diam. Senyum milik seseorang yang kukagumi. Ya Allah, tak bisakah Kau membiarkanku menikmati senyumnya setiap hari? Disaat senang dan sedihku, di pagi dan malamku?”
Tangis anida tumpah. Bersamaan dengan azan magrib berkumandang. Terdengar begitu syahdu, namun terasa menyayat hati. Pandangan anida semakin berkabut. Semakin pudar. Badannya terasa berat untuk digerakkan. Gelap. Semakin gelap.
***
Share:

0 komentar:

Posting Komentar