Jangan kau kira, hati seorang perempuan akan mudah untuk
melupakan semua kenangan yang pernah terukir.
Meski lisan nya berkata tak apa. Namun,
jauh di lubuk hatinya luka itu masih menganga basah. Meski lisan nya berucap
memaafkan. Namun jauh di relung hatinya sangat sulit untuk memaafkan.
Perempuan memang seperti itu.
Selalu berbuat setegar
mungkin, meski kerapuhan sering kali tak bisa di hindari. Ada yang berkata hati
perempuan sama hal nya dengan kaca yang berdebu. Jangan terlalu keras
membersihkannya atau ia akan pecah. Jangan paksa ia untuk melakukan hal yang
tidak semestinya.
Di balik pemaafan yang dia lontarkan sejatinya hanyalah
bayang semu. Meski sebenarnya dia benar-benar memaafkan. Akan tetapi, dia ingin
sekali tetap kamu perjuangkan. Toh, memang perempuan itu suka sekali di
perjuangkan? Bukan kau campakkan dan merasa bahwa dia baik-baik saja?
Sesekali coba bagi laki-laki untuk lebih peka terhadap
keadaan. Berani memegang janji yang sempat terlontar. Bukankah seharusnya janji
seorang laki-laki dapat di pegang? Tapi mengapa tidak dalam kenyataan?
Bukan berarti perempuan tidak memiliki sifat memaafkan. Bahkan
perempuan akan terus berusaha membuat keadaan menjadi lebih baik. Dan memulai
hari menjadi lebih baik lagi. Tidak ingin dihantui masa lalu. Tidak ingin
membuatnya menjadi semakin semrawut.
Tapi kepekaan laki-laki selalu saja tidak
dapat di andalkan. Tertutupi dengan keegoisan diri. Tertutupi dengan logika
yang pragmatis.
Orang bilang jangan bawa perasaan? Tapi namanya perempuan
selalu saja memandang segala hal dengan perasaan. Perasaan yang ingin semuanya
membaik dan lebih baik lagi.
0 komentar:
Posting Komentar