Hari ini, banyak yang membicarakan bulan juni. Seperti hal nya puisi hujan bulan juni yang melegenda. Bait-bait puisi yang membuat pecinta puisi semakin menebar cinta.
Hari ini juga. Hujan bulan juni aku rasakan. Tapi, buka hujan rintik atau pun deras yang aku rasa. Hujan yang selalu di tunggu siapa saja. Hujan yang memberikan kesegaran, kecerian dan kenangan.
Tetapi senja ini, hanya hujan air mata yang sedang aku rasakan. Air mata yang menghujani perasaanku. Rasa keegoisan yang bersarang di antara rekan-rekan membuatku ingin hilang dan menjauh.
Wajar... jika perasaan yang melampaui batas akan mengakibatkan kekecewaan. Hingga hujan senja ini hadir akibat ketidak kompeten nya mereka.
Jujur. Aku sangat sebal. Marah. Dan kecewa. Perjanjian untuk bersama melakukan pekerjaan ini hanya janji yang tidak akan terlaksana.
Hilang dan pergi aku putuskan untuk menenangkan hati yang kian semrawut. Tak beraturan bergulung-gulung seperti benang kusut.
Semoga Allah segera kembali meluruskan hati ini. Agar hujan bulan juni bukan menjadi kenangan buruk di fikiranku.
Agar hujan bulan juni benar-benar menjadi kenangan dan memori yang indah.
Harapanku. Malam. Tentang rasa. Perih. Marah.
@Sukarame
Hayatun Munawaroh | 1 juni 2016
0 komentar:
Posting Komentar