Sudah sejauh mana keikhlasanmu dalam menjalankan amanah dan
tanggung jawab ini? Jika sampai detik ini rasa kecewa itu masih saja menjadi
penyakit hati, berarti ikhlasmu masih harus di uji.
Di uji kadar tingkatannya. Bisa jadi lisan berkata ikhlas
namun hati berkata tidak. Memahami atas semua yang dirasa, sudah cukup untuk dijadikan
sampel. Kalau di tanya pernahkah aku kecewa? Kecewa dengan kenyataan, kecewa
dengan manusia-manusia, kecewa dengan harapan yang tidak sesuai. Aku pernah dan
bahkan sering. Yang mengartikan bahwa keikhlasanku dalam menjalankan nya masih
jauh di bawah normal.
Kita boleh kecewa, asal kita bisa melewatinya dengan lebih
bijaksana. Bisa mengatasinya dengan sebaik-baiknya hati. Bisa jadi ketika hal
sepele menjadikan kita kecewa karena iman kita yang sedang compang camping.
Lihat kembali apa yang ada di depan kita. Masih banyak yang
membutuhkan uluran tangan kita. Masih banyak yang jauh lebih kecewa. Masih banyak
yang jauh lebih menderita. Cukuplah kecewa itu kita rasa dalam hati tanpa
membenci pihak lain. Jadikan rasa kecewa itu sebagai pemantik kerja ikhlas kita dalam
menebar kebaikan. Memberi manfaat kepada sekitar. Berusaha menjadi seorang yang
menginspirasi, meskipun kenyataan tidak ada yang bisa di banggakan dari diri
yang hina ini. Biarlah orang lain menilai dengan segala pujian dan hinaan.
Jadi mari belajar ikhlas... untuk menyingkirkan kecewa yang
seringkali hadir, datang dan menyerang sistem imun kita. :D
Sukarame, 21 juni 2016
Hayatun munawaroh
0 komentar:
Posting Komentar