Tampilkan postingan dengan label PII-ku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PII-ku. Tampilkan semua postingan

Jumat, 04 Oktober 2019

Negeri ini sakit, pendidikan bisa apa?

Suatu ketika aku pernah bertanya pada seseorang. Hal yang aku tanyakan tentang peranan pascakampus. Setiap diri memiliki peran masing-masing untuk memasuki kehidupan selanjutnya. Kehidupan setelah menjadi ‘maha’ siswa.
“Setiap dari kita apa harus memiliki peranan di ranah politik? Karena kita tahu kondisi negeri ini, sedang tidak baik-baik” ujarku menyela pembicaraan yang awalnya ringan.
 Ia terdiam sejenak lalu mulailah ia menjelaskan.
"Tidak semuanya harus ke ranah politik, setiap diri memiliki bidangnya masing-masing. Bidang apapun itu tetaplah membawa visi seperti orang dulu. Contohnya saja Ki Hajar Dewantara, memiliki visi perubahahan dalam pendidikan. Bisa demikian bukan? Visilah yang membuat seseorang untuk terus melangkah” ujarnya dengan tenang. 
Jika dirasa seseorang bingung pascakampus, aku rasa ia belum menetapkan visinya dalam kehidupan. Sebab pekara pascakampus bukan hanya gaji atau kekuasan semata.
Melihat kenyataan yang terjadi beberapa pekan belakangan, bangsa ini memang sakit. Untuk terjun langsung atau berdemo tak memungkinkan bagiku. Sebagai perempuan, aku juga ingin berperan dalam pendidikan. Lantaran perempuan juga memiliki hak mendapat ilmu dan mengajarkan untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa. 
Alasannya bukan karena tuntutan sarjana pendidikan dan alasan perempuan sebagai madrasah pertama dalam keluarga. Tapi sebagai manusia, kita memiliki kewajiban untuk menjadi manusia yang memanusiakan manusia. Menjadi agen perubahan dalam lingkungan disekitar. 
Maka perempuan dalam dunia pendidikan memiliki peranan yang penting. Menjadi pendidik dan teman untuk anak-anak didiku, aku memiliki visi agar kelak mereka menyenangi membaca dan menulis. Sebab, bagi mereka kedua hal tersebut menyulitkan. Saat ini yang mampu aku lakukan hanya itu. Jika ini mimpi yang terlihat muluk-muluk, biarlah...
aku hanya paham pendidikan dapat merubah keadaan seseorang menjadi lebih baik.
Hingga aku tidak menyesal, atas jalan yang ku tempuh... 
Lampung Selatan, 4 Oktober 2019
Pukul 09.24 PM 

Share:

Sabtu, 03 Agustus 2019

Hadirkan Hanum Rais, PII Wati Tebar Semangat Berkarya

Hanum Salsabiela Rais, tokoh perempuan Indonesia dengan gemilang karyanya untuk negeri, hadir memenuhi undangan Korpus Korps PII Wati dalam Talkshow Muslimah Muda Berkarya, Sabtu (02/08). Salah satu rangkaian agenda Harlanas PII Wati ke 55 itu sengaja digelar dengan menghadirkan muslimah muda penuh karya untuk menebar inspirasi literasi dan karya untuk perempuan Indonesia. 
Dalam sajian materinya di hadapan ratusan pelajar dan mahasiswi, Hanum menyampaikan bahwa sebagai seorang perempuan, tidak boleh takut untuk berkarya, karena setiap perempuan memiliki potensi besar untuk berkarya.
“Kita tidak boleh kalah dengan zaman, perempuan Indonesia harus terus menerbitkan karya-karya terbaiknya untuk kebermanfatan banyak orang,” ungkapnya.
Hanum juga menegaskan bahwa, perempuan berkarya telah dicontohkan oleh para istri nabi dan banyak sahabiyah, yang bisa seimbang dalam menjalankan peran sebagai istri bagi suami dan ibu bagi anak-anaknya, serta tidak kalah dalam memberi peran terbaik di tengah ummat.
“Kisah Aisyah RA, selain hebat menjadi istri Rasulullah SAW, ia juga terkenal sebagai tokoh muslimah intelek, pernah memimpin perang, dan karya gemilang Aisyah ketika itu. Juga bisa kita mencontoh kepada  Khadijah. Ia adalah bisnis women, pengusaha hebat yang juga tidak melupakan kodrat dan tugasnya sebagai seorang istri Rasulullah SAW, masih banyak contoh lain yang inspriatif,” tutur penulis buku fenomenal ini.
“Tidak usah melihat contoh orang lain. Istri Rasul dan sahabiyah sudah teruji memberi inspirasi terbaik dalam berkarya nyata untuk ummat,” imbuhnya. 
Hanum mengingatkan kepada para pelajar putri dan mahasiswi, untuk tidak berada dalam zona nyaman, untuk bisa menjadi orang berkarya.
“Kalian jangan mau terus berada di zona nyaman. Carilah masalah hidup, hadapi dengan imajinasi terbaik dan solutif, hingga anda jadi orang bangkit dan tangguh dengan karyannya,” ujarnya.
Dalam sesi itu juga, hanum tidak lupa menyampaikan selamat kepada PII Wati yang tengah berbahagia memperingati hari lahirnya ke 55.
“Selamat Harlanas PII Wati ke 55, semoga PII Wati diusianya yang cukup matang terus banyak berkarya.  Dan apresiasi saya yang sangat tinggi, saya bangaa atas karya PII Wati, yang meluncurkan sekolahperempuan.id dan buku anak, ini karya besar yang penting untuk kita apresiasi,” tutupnya. 
Talkshow yang berlangsung selama dua jam di Convention Hall Universitas Sunan Kalijaga Yogyakarta itu, mengahdirkan dua tokoh perempuan lainnya, Aisyah Amirah Nasution, seorang scriptwriter film, dan Sherly Annavita, seorang muslimah influencer. Kedua narasumber juga ikut memberi semangat berkarya dengan peran masing-masing dari catatan karyanya. 
Haslinda Satar, selaku Ketua Korpus Korps PII Wati menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kehadiran Hanum Rais, Aisyah dan Sherly yang telah memberi energi positif kepada seluruh pelajar putri dan mahasiswi yang hadir, khsusunya bagi kader PII Wati se Indonesia, baik yang hadir dalam forum tersebut, maupun yang menyaksikan di liveinstagram. (FN/Ay) 
Share:

Minggu, 02 September 2018

Minggu, 15 Maret 2015