Jumat, 26 Desember 2014

kamu dan dia, dua dimensi berbeda



Jika lau aku dapat meminta kepada Allah untuk mendapatkan teman sepertimu maka akan kucoba sedari dulu. Namun, jika aku harus menolaknya. Mungkin dari dulu sudah ku pinta agar aku tak mengenalnya sama sekali. 


Inilah bukti cinta-Nya. Dipertemukan dengan situasi yang tak terduga. Tak terbayangkan dan yang tak terencana. Akan tetapi jelas, semua ini telah di rencanakan oleh-Nya. Berawal sikap cuek dan biasa-biasa saja nampak terlihat diantara kita. yah.. kita semua. Kau bersama teman-temanmu yang lain. Begitu pun kami bersama dia yang tak diharapkan kedatangannya. Ku sambut baik segala sikap yang dia lakukan. Namun, sebelumnya ada sedikit sifat dan tabi’atnya yang sangat aku tidak suka drinya. Apapun itu jelas membuatku sedikit tak nyaman. Tapi dengan berjalannya waktu aku mencoba untuk memahami. Begitupun saudari ku yang lain. 

Mungkin banyak yang beranggapan kami menjadi sebuah sahabat kekal. Tapi, dugaan kalian semua salah besar. Saya dan teman saya yang lain hanya menganggapnya sekedar teman sekelas, yang saling membantu di kala kesulitan menghampiri. Sejak-sejaknya tak terasa sampai satu semester. Kami sadar, terlalu banyak merepotkannya ketimbang kami yang di repotkan. Sebab itu yang membuat kami tak enak hati dengannya.

Entah dari kapan dan mengapa jarak nan luas terhampar memisahkan kami dan dia. Pertanyaan-pertanyaan menghantui kami. tak ada masalah yang melingkari kami, tak ada konflik yang memuncak dan tak ada kekecewaan yang membanjiri. Tapi mengapa jarak itu semakin hari kian panjang nan lebar terasa? Ahhh... terlalu banyak prasangka buruk menggelayuti. Ada yang bilang, bahwa kami lah yang berusaha menyingkir dan menepi darinya. Tapi, menurutku tak ada sedikitpun niatan untuk menjauhinya. Bahkan sebaliknya kami ingin selalu membimbingnya. Membenahi segala kekurangannya. Akan tetapi semua bagai fatamorgana. Ketika waktu kian mengganas. Ketika itu pula jarak itu benar-benar tampak nyata. Dia telah memisah dan pergi dari kami. bergabung bersama mereka. Yahh... bersama mereka. Semoga limpahan rahmat-Nya dan kasih-Nya selalu menyertai dan mengiringi. Hingga Hidayah itu benar-benar menyapanya. 

Di lain sisi, dalam keadaan kami yang kacau. Kamu hadir dalam lingkaran kami. kamu selalu mengisinya. Selalu. Tak ada kata perjanjian dalam perjumpaan. Hanya bertemu, saling mengerti dan memahami. Kami yang beranggapan biasa saja. Semakin tertegun dengan kondisi dan perubahan yang kau lakukan. Kamu yang baru-baru ini kami kenal. Kamu yang selalu ceria mengisi kekosongan tempat. Mengisi sudut lingkaran itu. Perubahan dalam kehijrahan menuju cinta-Nya. Rasa syukur dan takjub tergambar jelas diwajah kami. kau yang awam berusaha mencoba untuk menjadi lebih baik. Apakah ini yang disebut dengan cinta yang di akrabkan iman? Dengan hitungan detik kami dan kamu benar-benar menjadi dekat, seperti anyaman yang tersimpul menjadi satu. Tak tergoyahkan. Ada yang menyebutnya ini disebut dengan ukhuwah. Benarkah ini sebuah ukhuwah? Ukhuwah islamiyah? Hanya prasangka-prasangka baik yang kami pikirkan. Perjumpaan atas nama Rabb-Nya.
Kami berjalan beriringan menyambut hangatnya sang senja. Meski kenyataan pahit telah kami rasakan. Kepahitan atas nama pertemanan, yang tak berlandaskan iman. Pertemanan yang hanya mencari lawan bicara dan bersenang-senang. Semua itu tak ada artinya. Meskipun kami tahu, bahwa dia jauh lebih cerdas dari mu. Tapi bukan hanya kecerdasn yang di butuhkan. Tapi akhlak, aqidah dan kecintaan akan Rabb-Nya. Masih tergambar jelas, pembelaan mu kala itu. Atas cemoohan kawan-kawan yang lain. Menghina busana kebanggaan kita. kau hadir membela, turut serta, mati-matian hingga air mata tak terbendung dan tak terhitung berapa banyak yang berjatuhan. Tapi dia? Keberadaanya saja tak tahu dimana, apalagi membela kami. itulah bedanya kau dan dia di mata kami. kepedulian itu turut menyertai. Tak lihat situasi dan kondisi. Akan tetapi kami berusaha sebaik mungkin untuk menjadi manusia yang kamil. Meski mustahil. Namun, tak ada salahnya untuk berusaha. 

Tetap semangat,, kau yang terus belajar menjadi lebih baik, kau yang terus mencari cinta-Nya. Jangan menyerah, terus berusaha. Selalu ada hasil yang memuaskan di balik usaha yang dikerjakan dengan sungguh-sungguh.
Dan dia, semoga hidayah itu cepat menyapamu, saudariku.. 

Sidomulyo, 25 Desember 2014
00.10 WIB. 
Share:

0 komentar:

Posting Komentar