Finnally…
Semenjak munculnya kabar buku “Bumi Manusia” akan difilmkan dengan
judul yang sama. Saya tidak sabar membayangkan bagaimana novel fenomenal ini
hadir ditengah masyarakat. Bertepatan dengan HUT Republik Indonesia ke 74 saya memutuskan
untuk memilih Bumi Manusia sebagai satu hal yang dinantikan. Membayangkan bagaimana
Minke diperankan oleh Iqbal Ramadhan.
Tidak seperti hari-hari biasanya, sebelum film dimulai. Seluruh penonton
dipersilahkan berdiri dan menyanyikan lagu Indonesia Raya secara bersama-sama. Secara
langsung jiwa Nasionalisme memenuhi ruang bioskop.
Namun ternyata Iqbal Ramadhan tampil dengan apik membawakan
karakter Minke yang kokoh, cerdas, dan berwibawa. Dalam film ini, ia
benar-benar menunjukkan kelasnya sebagai aktor profesional yang mampu
memberikan nyawa bagi karakter yang ia perankan. Meskipun karakter dilan sering
kali terlihat ketika minke mencoba merayu annellis. Adapun hal lain yang sedikit mengganjal yaitu,
Minke tokoh utama yang diperankan oleh iqbal terasa sempurna bagi
para penonton yang belum membaca bukunya. Namun, terasa aneh bagi yang baca
novelnya terlebih dahulu. Mengapa mimik muka Minke dari awal film hingga
selesai seperti terintimidasi, kebingungan. Well... itu dia yang mengganjal.
Karakter slengekan, penasaran yang tinggi, pengkritik keras pada pribadi Minke
seperti pudar di dalam film.
Selain Iqbaal, penampilan luar biasa juga ditunjukkan oleh Sha Ine
Febriyanti yang berperan sebagai Nyai Ontosoroh. Watak bijaksana dan teguh
pendirian benar-benar bisa kita rasakan hanya dari bagaimana ia menatap. Sebagai
sosok yang paling berpengaruh dalam film, Ine bisa membuat kita bahagia saat
melihat anaknya menikah, bisa membuat kita merasakan bagaimana perjuangan Nyai
Ontosoroh dan merasakan sedih yang teramat dalam saat Nyai Ontosoroh kehilangan
anaknya.
Kedua karakter itulah yang mampu mengajak penonton untuk
bersimpati pada nasib yang menimpa mereka. Selain mereka, pemain-pemain lain
juga tampik dengan apik dan meninggalkan kesan yang berbeda-beda. Meski memiliki
durasi yang cukup lama yaitu 3 jam. Bumi manusia cukup berhasil membuat penonton
untuk terus menikmati ceritanya. Film ini berpotensi membuat penonton ngantuk. Namun,
dalam durasi 3 jam tersebut diisi dengan adegan-adengan romansa, komedi dan tak
terduga. Pastikan kamu jangan terlalu banyak minum ketika m\akan masuk kedalam
bioskop ya…
Satu hal yang saya salut dari film ini adalah totalitas para
pemain dalam memerankan masing-masing peran yang diberikan. Beberapa aktris dan
aktor bahkan harus menguasai empat bahasa sekaligus demi mendalami peran
mereka. Iqbaal Ramadhan, Mawar Eva de Jongh, Bryan Dormani dan Giorgino Abraham
misalnya, mereka harus memahami bahasa Indonesia, Belanda, Inggris dan Jawa
demi peran mereka. Meski secara keseluruhan baik, tapi di beberapa kata,
telinga saya merasa janggal pada pengucapannya. Aneh. Tapi, masih bisa
dipahami. Sulit memang mengucapkan kata yang bukan menjadi bahasa keseharian.
Namun, usaha setiap pemeran patut diacungi jempol.
Salah satu aspek yang menyita perhatian saya sinematografi film
ini. Bagaimana kamera bergerak, framing, dan hal-hal teknis lainnya
berhasil memanjakan mata. Hal lain yang sangat patut diapresiasi adalah scoring sepanjang
durasi. Banyak momen jadi lebih mengena karena adanya sentuhan nada-nada yang
ditata sedemikian rupa. Terlebih lagi terdengar begitu mewah dan megah di
telinga, maka untuk mendapatkan pengalaman terbaik merasakan atsmosfer haru,
tegang, dan lainnya sudah pasti tontonlah di bioskop. Itu sudah cara yang
paling benar.
Hal menarik lainnya, lagu Ibu
Pertiwi yang dinyanyikan oleh Iwan Fals, Once dan Fiersa Besari sebagai
sountrack film Bumi Manusia menambah Ruh pada akhir film. Perpisahan yang
terjadi membuat penonton dengan sukarela meneteskan air mata. Termasuk Saya.
haha
Secara singkat, film Bumi Manusia adalah karya yang pantas untuk
dihargai dan dirayakan sebagai salah satu sejarah yang membanggakan. Oleh sebab
itu, jangan lupa menontonnya di bioskop-bioskop sebelum turun tayang ya…
Salam perfilman Indonesia..
Lampung Selatan, 19 Agustus 2019
๐
BalasHapusNonton di indoxxi aja yg gratis ๐
BalasHapusDi indoxxi mana ada film Indonesia bung... -_-
HapusUdah nonton ๐♀️ Film bersejarah tentang rakyat pribumi yang bersanding dengan bangsa eropa. bagiku yang baru nonton filmnya dan belum baca bukunya film ini lumayan kompleks, tapi sayangnya kurang ngena. Kurang bikin aku interest. Kalo soal sinematografi, setting dsb film ini totalitas banget keren. Tapi isinya kayak kurang .... apa ya kurang puas aja gitu apalagi berakhir dengan sad ending maybe karna aku biasa disuguhkan dengan cerita happy ending kali ya xixixixi. Buat aku, yang suka dengan ilmu pengetahuan khususnya sejarah, film ini kurang memuaskan rasa ingin tauku. Everyone has their own point of view ๐
BalasHapusSepakat... Tapi bisa jaadi motivasi bagi yg belum baca novelnya. Haha
HapusSelalu dan selalu film yg di angkat dari novel bakal banyak yg beda, tapi Hanung berhasil buat film ini jadi keren.