Tampilkan postingan dengan label Perjalanan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Perjalanan. Tampilkan semua postingan

Selasa, 08 Oktober 2019

Throwback "Jadi Santri"

Foto : Teman Satu Angkatan versi now

Tahun 2007, selepas lulus SD, saya "dibuang" orang tua ke pondok pesantren. Disana saya menemukan jati diri dan menemukan arti sebuah perjuangan. 

Hampir semua hal yang saat ini saya butuhkan untuk hidup dan menjadi manusia, saya pelajari di pondok. Bukan hanya belajar agama dan sekolah umum. Disana juga saya belajar menjadi individu yang dapat bertahan hidup serta berjuang dalam kompetisi. Berusaha agar tidak berada di lantai dasar dan berjuang di puncak piramida kehidupan. 

Ketika dipondok, semua serba antri. kalau datang terlambat ke ruang makan, siap- siap saja untuk mendapatkan sisa-sisa makanan. Lalu bertahan menahan lapar yang tidak terobati hingga di waktu makan berikutnya. Mandi pun harus antri, kalau sial bisa terlambat ke masjid dan berangkat sekolah. Tidur dan istirahat dengan waktu yang terjadwal dan terbatas. Semua serba terbatas, dari stok makanan, sabun hingga uang jajan. Sebab, dalam seminggu ada jumlah uang minimal yang diperbolehkan saya pegang. Sisanya kemana? dititipkan ke ustadzah. Dulu saya tidak mengerti mengapa harus ada peraturan menitipkan uang? ternyata ini salah satu cara agar kami tidak boros dan menghindari kehilangan. 

Di tengah keterbatasan itu, kreativitas menjadi kata kunci untuk izin ke asrama ketika jam kosong dikelas. atau keluar kelas lebih cepat hanya untuk mencuri waktu tidur sebentar, antri ke ruang makan, menjejer gayung dan alat mandi yang mengantri di depan pintu "Hamam". 

Saya tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dalam seni mempertahankan diri. Mencari solusi atas segala permasalahan, baik terhadap diri sendiri yang "bebal" sekali dalam menghafal, berkonflik dengan teman seasrama, pelanggaran ketika tidak menggunakan bahasa resmi pondok, kabur melompati pagar pondok atau terlibat dalam cerita cinta segitiga ala anak remaja. 

Saya terlatih untuk mencari celah, hingga membuat "gelombang iman" jika hal-hal berat datang. Hidup bersosialisasi 24 jam sehari, makan bareng hingga tidur berjamaah, hingga mengalami ujian selama sebulan. Semua saya jalani hingga 6 tahun tanpa merasa menyesal. 

Maka makna menjadi santri bagi saya tidak hanya belajar ilmu agama saja. Lebih dari itu, santri adalah mereka yang hidup dan belajar setiap hari mengalahkan dirinya, egonya, melawan keterbatasan, menerobos segala rintangan dan keluar dari zona nyaman. Agar hidup bisa dilanjutkan dan menjadi bermanfaat bagi orang lain. 

Saya bersyukur, pernah mondok, melewati hari-hari berat menjadi santri. Dan menemukan persaudara yang terbentang luas, lalu merindukannya.... 

Sidomulyo, 8 Oktober 2019 
Pukul 7.10 PM  

Share:

Senin, 02 September 2019

Takut Sendirian

Lokasi : Masjid Taqwa Metro

“Kalau takut gelap, kamu tinggal bawa senter. Kalau takut tersesat, kamu tinggal pakai ojek atau online gmaps. Kalau takut diculik, kamu tinggal waspada ketika memilih lokasi wisata atau menyimpan nomor polisi untuk panggilan darurat.”

“Sayangnya, setelah dipikir-pikir, aku nggak takut itu semua. Jadi solusi yang kamu tawarkan nggak berguna. Gelap mah nggak papa asal sama-sama. Aku juga nggak takut tersesat–toh sudah sering. Tersesat itu sebutan ketika sendiri. Kalau tersesat berdua namanya berpetualang. Aku juga nggak takut diculik. Aku yakin penculik nggak punya alasan bagus untuk membawaku kemanapun."

Tapi aku takut sendirian.

"Pengen pergi, tapi takut. Tapi pengen pergi.” kataku bicara sendiri.

“Tau nggak cara biar nggak takut sendirian?” tanyaku.

“Cari orang lain, terus kenalan dan jadiin dia bukan orang lain lagi.


Yang hari ini kamu sebut teman, dulunya bukan siapa-siapa kan?

Refleksi pasca ketemu polisi dimana mana
Lampung Selatan, 2 September 2019 | 08.15 PM 
Share:

Jumat, 30 Agustus 2019

Tersesat - Jejak Perjalanan


Lokasi : Kota Tua Jakarta
Semoga perjalananmu penuh kemudahan Semoga setiap langkah yang kau ambil mendekatkanmu kepada-Nya. Semoga segala hal yang kau lalui ngga hanya menambah pengalaman, tetapi juga keimanan. Semoga segala kesibukanmu penuh keberkahan. Semoga segala keputusan yang kau ambil selalu disertai ridho-Nya.
Sama sepertimu, aku juga sedang menempuh perjalanan. Aku ingin menemukan diri sendiri. Karena katanya, semakin seseorang mengenal diri sendiri, maka ia akan semakin mengenal Tuhannya. Dalam menempuh perjalanan itu, banyak hal telah kuperoleh, banyak juga hal yang telah kulepas. Sejauh ini, aku banyak mengambil keputusan yang besar dan sulit. Keputusan besar yang entah benar atau tidak dan keputusan yang sulit karena harus kutanggung sendiri risikonya.
Tahu nggak?
Hal yang paling kutakutkan adalah kalau-kalau Allah nggak suka dengan keputusan yang kuambil. Sudah susah payah, tapi Allah nggak suka. Sudah jatuh bangun, tapi Allah nggak ridha. 
"Apa sih tanda Allah ridha dengan apa yang sedang kita perjuangkan?"
"Apa lebih baik aku melakukan hal sederhana saja?" 
"Atau mengejar hal besar yang akan membawaku entah kemana?"
Kau, bisa membantuku menjawabnya?
Lampung Selatan, 30 Agustus 2019

Share:

Senin, 26 Agustus 2019

Pantai Tapak Kera : Surganya Batu Karang


Sumber : Dokumen Pribadi

Keindahan alam di tanah Sai Bumi Ruwa Jurai tidak diragukan lagi.  Destinasi wisata yang ditawarkan pun beragam, mulai dari pantai, snorkeling, keindahan terumbu karang serta bagi pecinta trekking terdapat destinasi untuk menikmati alam dari ketinggian.

Satu contoh adalah pantai yang kami datangi kali ini, yaitu Pantai Tapak Kera di Desa Kenjuruan, Merak Belantung, Kalianda, Lampung Selatan Provinsi Lampung. Pantai ini terbilang baru di kalangan para pelancong dan anak muda penyuka jalan-jalan khususnya di Lampung.

Dengan panorama indah yang belum terjamah banyak orang, pantai ini menjanjikan latar swafoto menakjubkan dengan deretan batu karang eksotis.

Awalnya, warga sekitar menyebut daerah ini dengan nama Penampa Kekha. Dalam bahasa Lampung, nama itu punya makna tempat para kera beristirahat dan berkumpul. Seiring bertambahnya jumlah orang yang berdatangan ke lokasi ini, pelafalannya pun berubah jadi Tapak Kera.

Lokasi pantai indah ini berada di Dusun Kenjuruan, Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan. Letak pantai tersembunyi dan masih sulit ditempuh karena akses jalan yang belum memadai. 

Untuk menuju ke pantai dari kota Bandar Lampung diperlukan waktu lebih dari dua jam. Dan  karena kami dari Sidomulyo, cukup memerlukan waktu 30 menit untuk menuju lokasi. Sampai di pertigaan Dusun Kenjuruan, kami menuju sebuah masjid di sebelah kiri jalan sebagai awal masuk menuju pantai tapak kera. Kami Masuk dan mengikuti jalan tanah sekitar kurang lebih 300 meter hingga bertemu jalan setapak.

Setelah melewati jalan setapak dan perkebunan milik warga,  kami memarkir kendaraan karena jalannya hanya dapat dilalui dengan berjalan kaki. Jangan cemas, ada juru parkir dan beberapa warung warga yang siap menjaga kendaraan kami. 

Perjalanan selama kurang lebih 20 menit menuju Pantai Tapak Kera.  Kami menyusuri bukit dan ladang pertanian jagung milik warga setempat dan beberapa embung milik warga setempat.

Kami harus mengeluarkan uang Rp20 ribu untuk tiket masuk per orang. Dan Harga ini tak seberapa dibandingkan panorama pantai yang akan di temukan. Jauhnya perjalanan dan panasnya matahari benar benar terbayarkan dengan indahnya pantai tapak kera.

Sumber : Dokumen Pribadi

Jernihnya air laut, pantai berpasir bersih, rimbun pepohonan dan gugusan karang bertebaran seakan bersatu menawarkan keindahan dan menyambut kehadiran kami. Para penggemar foto dapat berswafoto dengan latar gugusan batu karang. Atau naik ke atas karang terjal untuk mengabadikan keindahan pantai dari ketinggian.

Sumber : Dokumen Pribadi 

Di Pantai Tapak Kera, pengunjung tidak dianjurkan untuk berenang saat laut pasang karena batu-batu karang tajam dan terjal bertebaran di lokasi. Meski bahaya, di sisi lain kehadiran hamparan karang ini justru menambah nilai unik dan cantik lokasi pantai.

Saat air laut surut, gugusan karang akan meninggalkan sebuah kolam dangkal. Kolam mini ini dapat dipakai berendam atau bermain air. Sayangnya, ketika kami tiba air laut sedang pasang. Sehingga kami hanya menikmati indahnya pantai diatas karang-karang indah.

Selain untuk penikmat wisata pantai, para pengunjung yang gemar trekking atau lintas alam dapat menemukan tantangan saat menuju lokasi. Akses berupa jalan setapak, naik turun ladang, dan perbukitan cocok untuk menyalurkan hobi tersebut.

Yang perlu diperhatikan, lazimnya di setiap daerah ada norma yang harus dijaga dan dihormati. Di pantai ini, pengunjung wajib menjaga sopan santun dalam berbicara atau bertingkah laku. Dan tetap menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan. Pantai Tapak Kera merupakan salah satu aset pariwisata lampung yang harus kita kenalkan ke penjuru negeri. Ayo ke Lampung!

Alam sangat indah, kita saja yang enggan untuk menjenguknya.

Sampai bertemu di perjalanan selanjutnya...

Lampung Selatan, 26 Agustus 2019 | 21.30 PM




Share:

Jumat, 23 Agustus 2019

Ratmiku : Pusat Accesories yang Memanjakan Mata




Itu fotonya dimana? Kok bagus?
Bunga asli atau palsu?
Itu di Lampung?

Deretan pertanyaan nitizen memenuhi notifikasi handphone jadul saya. Setelah beberapa detik mengunggah foto di salah satu pusat perbelanjaan. Alay sih, numpang foto disalah satu tempat perbelanjaan. Tapi Jiwa narsisme saya seringkali muncul tanpa disadari. Haha

Ratmiku adalah salah satu pusat perbelanjaan Accesories, Home decor & Fashion Hijab yang ada di Lampung. Ratmiku bisa menjadi pilihan dalam mencari pernak pernik untuk menghiasi rumah, kebutuhan fashion hijab, bahkan perlengkapan untuk pernikahan. Dengan konsep modern kekinian konsumen diberikan banyak pilihan yang unik dengan harga yang terjangkau.




Ratmiku juga memberikan promo di waktu-waktu tertentu. Sepeti halnya pada bulan Agustus ini, bagi siapapun yang bernama Agus dan Ratmi akan mendapat beberapa potongan harga. Adapula promo potongan untuk pembelian barang yang berwarna merah dan putih.

Ratmiku beralamatkan di Jl. Raden Ajeng Kartini, Tj. Karang, Engal, Kota Bandar Lampung diseberang mall kartini. Saya menuliskan ini bukan karena disponsori untuk endorse atau yang lainnya. Saya menulis karena saya suka dan saya perlu membagikan kabar baik ini bagi teman-teman yang membaca. Tapi kalau memang ada honornya saya sangat tidak menolak. Syukur -syukur dapat potongan harga #Ngarep

Hal yang paling menarik lainnya dari Ratmiku adalah rangkaian bunga palsu yang tersusun rapih. Terlihat seperti nyata tetapi palsu. Persis kehidupan ini, haha..

Ratmiku bisa menjadi salah satu referensi belanja Accesories, home decor dan fashion hijab dengan tempat yang nyaman dan memanjakan mata.

Sampai bertemu di perjalanan selanjutnya...

Lampung Selatan, 23 Agustus 2019 | 10.00 AM

Share:

Kamis, 22 Agustus 2019

Muncak Teropong Laut Lampung : Destinasi Diatas Awan


Mau jalan kemana kita?

Pertanyaan yang kami pikirkan sedari pagi pasca mengisi training di Kotabumi Lampung Utara. Sebelum kami semua pulang ke habitat masing-masing, kami berencana ingin menghabiskan sisa waktu di bandar Lampung. Pertanyaan yang mungkin tidak akan ada kalau saja Syarif ( teman saya) pulang ke Jogyakarta sehari sebelumnya. Karena biaya  keberangkatan tertahan, menjadi semacam berkah buat syarif bisa nambah tinggal satu hari dan bisa jalan-jalan ke beberapa tempat wisata di Lampung yang sedang ramai dibicarakan anak muda setempat. Muncak Teropong Laut salah satunya menjadi tujuan kami.

Setelah menunggu Walid hampir 2 jam, akhirnya kami berangkat langsung menuju Muncak Teropong Laut. Sebidang tanah di atas bukit yang sedang dibangun untuk dijadikan cafe. Namun karena terdapat semacam viewing point berupa bangunan kayu yang memiliki latar belakang teluk Lampung, tempat ini pun berangsur ramai dikunjungi.

Terletak di Desa Muncak kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran. Muncak Teropong Laut menawarkan pemandangan cantik Pesisir Pesawaran dan Teluk Lampung. Bebukitan yang masih rapat ditumbuhi pepohonan, pantai dan laut, serta langit biru di saat cerah, menjadi sebuah daya tarik alam yang dicari ‘wisatawan’ muda untuk difoto. Sebuah daya tarik yang mungkin tidak kita hiraukan selama ini. Hanya sebuah “scenic view cafe” yang belum jadi, tetapi sudah menarik orang untuk datang.


Entah siapa yang memulai foto di atas situ. Dari foto sebelum ada bangunan dan bertahap sampai ada bangunan. Menyebar secara viral di media sosial terutama instagram. Akhirnya setiap hari tempat ini semakin ramai dikunjungi. Luar biasa ya pengaruh media sosial saat ini. Tak butuh waktu tahunan untuk meramaikan suatu tempat. Dalam hitungan minggu suatu tempat yang sebelumnya tidak kita ketahui keberadaannya bisa menjadi beken. Sebenarnya Muncak Teropong Laut ini sudah hitz sejak tahun 2017 awal. Ini kali kesekian saya kesini, sekaligus menjenguk destinasi bersejarah bagi kehidupan saya. Haha

Siang itu saat kami sampai, sudah banyak motor yang parkir. Saat mau masuk ke dalam, seorang penjaga menegur kami dengan ramah dan menjelaskan bahwa kami harus membayar tiket masuk seharga sepuluh ribu rupiah. 

"Wahh harganya naikk, biasanya cuma lima ribu" batin saya dalam hati. Dari pada ribut dengan penjaga, kami mengeluarkan biaya untuk masuk kedalam.


Setelah membayar kami pun masuk ke dalam.
Ternyata sudah banyak anak muda di situ, mungkin ada sekitar belasan orang. Karena kami datang bukan dihari libur, jadi tidak terlalu ramai seperti biasanya.

Persis lurus dari pintu masuk terdapat sebuah beranda dengan pagar kayu. Ada beberapa muda-mudi berdiri bergantian memotret dan dipotret. Beberapa memilih berfoto selfie dan welfie. Sambil menunggu beranda tersebut sepi, kami berkeliling sendiri-sendiri, memotret beberapa sudut. Tak lama beranda tadi terlihat sepi, tidak mau kalah dengan yang lain, kami saling foto di beranda tersebut.

Sayangnya, keadaan muncak Teropong Laut sudah tidak sebagus dua tahun lalu. Ada beberapa spot foto yang mulai rusak, tidak terurus bahkan hilang. Tetapi keindahan yang diberikan tidak berubah sama sekali. Perpaduan birunya laut dan hijau nya pepohonan menjadi obat setelah lelahnya perjalanan menuju muncak ini.


Saya sarankan untuk datang pagi Atau datang menjelang sore saat sinar matahari tidak terlalu keras. Sehingga kamu bisa maksimal memotret latar belakang Teluk Lampung dan langit biru kalau cerah. Selain waktu itu ya boleh-boleh saja datang menikmati suasana dan foto-foto. Yang penting kan sama-sama senang kalau kita jalan-jalan. Meskipun saya belum pernah sekalipun datang pagi pagi sekali. Haha..

Setidaknya, Muncak Teropong Laut bisa menjadi salah satu destinasi wisata. Bagi kamu yang mencintai perbukitan dan pegunungan.

Sampai bertemu di perjalanan saya selanjutnya..

Lampung Selatan, 22 Agustus 2019 | 20.50 PM

Share:

Rabu, 21 Agustus 2019

Kita Tidak Pernah Tahu


Menuliskan ini sambil mengingat-ingat perihal perjalanan yang cukup jauh dilakukan hingga detik ini. Atas kebaikan Allaah Ta’ala yang tiada pernah berhenti meski itu hanya sepersekian detik saja.

Terkadang dalam perjalanan hidup yang kita lalui tak pernah terlepas dari sedih dan bahagia. Kita memiliki kawan selama kita mengarungi kehidupan, kita ditinggalkan oleh orang yang sangat kita percaya, kita dicampakkan oleh orang yang dekat dengan diri kita, atau kita bahagia meski dengan keadaan sulit sekalipun.

Kenyataannya,takdir Allaah selalu berlaku kepada kita sekalipun kita tidak ridha atas itu semua. Tapi pernah tidak kita dibuat bahagia meski diawal penerimaan kita dibuat tertatih-tatih dalam menapakinya?

aku pernah, dan aku mensyukuri itu. sesuatu yang berat memang harus kita lalui. sesuatu yang menyakitkan memang harus kita rasakan. kita perlu dibenturkan, agar kita lebih kuat dalam menapakinya. kita perlu menangis agar kita paham perasaan sakit. Tak apa. lalui saja.

Sebab memprotes takdirNya tidak akan mengubah ketetapanNya. lalu? terimalah dengan baik, berdamailah dengannya, dan bangkitlah dari rasa sakit. setelah itu, berbaik sangkalah selalu dan selalu. Insya Allaah, takdir baik itu akan datang kepadamu dengan ketetapan yang baik.

*Adromedanisa

Lampung Selatan, 21 Agustus 2019

Share:

Senin, 19 Agustus 2019

Review : Film Bumi Manusia




Finnally…

Semenjak munculnya kabar buku “Bumi Manusia” akan difilmkan dengan judul yang sama. Saya tidak sabar membayangkan bagaimana novel fenomenal ini hadir ditengah masyarakat. Bertepatan dengan HUT Republik Indonesia ke 74 saya memutuskan untuk memilih Bumi Manusia sebagai satu hal yang dinantikan. Membayangkan bagaimana Minke diperankan oleh Iqbal Ramadhan.

Tidak seperti hari-hari biasanya, sebelum film dimulai. Seluruh penonton dipersilahkan berdiri dan menyanyikan lagu Indonesia Raya secara bersama-sama. Secara langsung jiwa Nasionalisme memenuhi ruang bioskop.

Namun ternyata Iqbal Ramadhan tampil dengan apik membawakan karakter Minke yang kokoh, cerdas, dan berwibawa. Dalam film ini, ia benar-benar menunjukkan kelasnya sebagai aktor profesional yang mampu memberikan nyawa bagi karakter yang ia perankan. Meskipun karakter dilan sering kali terlihat ketika minke mencoba merayu annellis.  Adapun hal lain yang sedikit mengganjal yaitu, Minke tokoh utama yang diperankan oleh iqbal terasa sempurna bagi para penonton yang belum membaca bukunya. Namun, terasa aneh bagi yang baca novelnya terlebih dahulu. Mengapa mimik muka Minke dari awal film hingga selesai seperti terintimidasi, kebingungan. Well... itu dia yang mengganjal. Karakter slengekan, penasaran yang tinggi, pengkritik keras pada pribadi Minke seperti pudar di dalam film.

Selain Iqbaal, penampilan luar biasa juga ditunjukkan oleh Sha Ine Febriyanti yang berperan sebagai Nyai Ontosoroh. Watak bijaksana dan teguh pendirian benar-benar bisa kita rasakan hanya dari bagaimana ia menatap. Sebagai sosok yang paling berpengaruh dalam film, Ine bisa membuat kita bahagia saat melihat anaknya menikah, bisa membuat kita merasakan bagaimana perjuangan Nyai Ontosoroh dan merasakan sedih yang teramat dalam saat Nyai Ontosoroh kehilangan anaknya.

Kedua karakter itulah yang mampu mengajak penonton untuk bersimpati pada nasib yang menimpa mereka. Selain mereka, pemain-pemain lain juga tampik dengan apik dan meninggalkan kesan yang berbeda-beda. Meski memiliki durasi yang cukup lama yaitu 3 jam. Bumi manusia cukup berhasil membuat penonton untuk terus menikmati ceritanya. Film ini berpotensi membuat penonton ngantuk. Namun, dalam durasi 3 jam tersebut diisi dengan adegan-adengan romansa, komedi dan tak terduga. Pastikan kamu jangan terlalu banyak minum ketika m\akan masuk kedalam bioskop ya…

Satu hal yang saya salut dari film ini adalah totalitas para pemain dalam memerankan masing-masing peran yang diberikan. Beberapa aktris dan aktor bahkan harus menguasai empat bahasa sekaligus demi mendalami peran mereka. Iqbaal Ramadhan, Mawar Eva de Jongh, Bryan Dormani dan Giorgino Abraham misalnya, mereka harus memahami bahasa Indonesia, Belanda, Inggris dan Jawa demi peran mereka. Meski secara keseluruhan baik, tapi di beberapa kata, telinga saya merasa janggal pada pengucapannya. Aneh. Tapi, masih bisa dipahami. Sulit memang mengucapkan kata yang bukan menjadi bahasa keseharian. Namun, usaha setiap pemeran patut diacungi jempol.

Salah satu aspek yang menyita perhatian saya sinematografi film ini. Bagaimana kamera bergerak, framing, dan hal-hal teknis lainnya berhasil memanjakan mata.  Hal lain yang sangat patut diapresiasi adalah scoring sepanjang durasi. Banyak momen jadi lebih mengena karena adanya sentuhan nada-nada yang ditata sedemikian rupa. Terlebih lagi terdengar begitu mewah dan megah di telinga, maka untuk mendapatkan pengalaman terbaik merasakan atsmosfer haru, tegang, dan lainnya sudah pasti tontonlah di bioskop. Itu sudah cara yang paling benar.

Hal menarik lainnya, lagu Ibu Pertiwi yang dinyanyikan oleh Iwan Fals, Once dan Fiersa Besari sebagai sountrack film Bumi Manusia menambah Ruh pada akhir film. Perpisahan yang terjadi membuat penonton dengan sukarela meneteskan air mata. Termasuk Saya. haha 

Secara singkat, film Bumi Manusia adalah karya yang pantas untuk dihargai dan dirayakan sebagai salah satu sejarah yang membanggakan. Oleh sebab itu, jangan lupa menontonnya di bioskop-bioskop sebelum turun tayang ya…

Salam perfilman Indonesia..
Lampung Selatan, 19 Agustus 2019




Share:

Rabu, 14 Agustus 2019

Puncak Mas Lampung : Poenya Kenangan


Lampung tidak hanya dikenal dengan keripik pisang dan dunia pembegal-an saja. Ternyata Lampung memiliki objek wisata yang tidak kalah menarik. Puncak Mas Lampung salah satunya. Hal ini yang membuat saya dan beberapa teman memutuskan untuk menuju Puncak Mas. Jaraknya tidak cukup jauh dari pusat Kota Bandar Lampung ,yakni hanya sekitar 15 menit perjalanan menggunakan sepeda motor maupun kendaraan beroda empat.
Semenjak dibuka menjadi kawasan wisata umum, Puncak Mas Lampung ini sangat ramai didatangi para pengunjung baik dari kalangan fotografi yang gemar mengabadikan momen momen indah dalam foto, kaum muda mudi yang sangat suka traveling, bahkan keluarga yang ingin menghabiskan akhir pekan nya bersama.

Di sini ada tempat untuk spot foto bersama diatas bukit dengan background Kota Bandar Lampung. Ada beberapa wahana yang cukup mengasyikan juga disini, salah satunya adalah wahana sepeda gantung. Karena kami datang ketika malam sepeda gantung tidak bisa kami nikmati. Angin sepoi-sepoi ditambah udara yang cukup dingin membuat kami sedikit membeku. Tetpi tidak mengurangi kebahagiaan kami menikmati malam di Puncak Mas Lampung. 
Tiket masuk nya cukup murah, hanya dengan uang 20.000 rupiah, kami bisa menikmati pemandangan malam kota Bandar Lampung. Ada banyak miniatur rumah pohon yang bisa dinaiki dan sangat menarik untuk dijadikan spot foto. Hal ini memunculkan jiwa narsis saya meloncat-loncat. haha...

Selain rumah pohon terdapat pula taman untuk berekreasi, taman bermain untuk anak-anak yang sudah lebgkap dengan berbagai permainan yang aman dan seru. Disana juga terdapat jembatan cinta yang sangat viral untuk berfoto. 
Puncak Mas Lampung bisa menjadi salah satu destinasi objek wisata terdekat dan aman untuk wilayah kota Bandar Lampung. Selain lokasinya yang mudah dijangkau, Puncak Mas Lampung memiliki kenangan tersendiri dalam hidup saya. Meskipun ada nyeri yang dirasa ketika diingat.
Tunggu perjalanan saya selanjutnya.... 
Lampung Selatan, 14 Agustus 2019 I 4.00 PM

Share: