Sabtu, 31 Agustus 2019

Aku Saja


Seperti biasa, selalu merasa lebih baik setelah menulis. Meskipun aku tetap diam dan mungkin kamu tak membaca, tapi rasanya… lega.
Ternyata banyak hal lebih baik yang bisa kulakukan daripada memikirkanmu. Misalnya, mendoakanmu. Semoga kamu nggak ikut-ikut kelelahan lalu tumbang sakit sepertiku. Semoga aku saja yang kebingungan memikirkanmu seperti malam ini dan malam-malam sebelumnya. Kamu nggak usah, karena aku nggak suka. Nanti kamu nggak produktif. Beda denganku, seharian kesibukanku hanya tidur. Itu sibuk loh, haha. Sibuk menyembuhkan diri biar kuat aktivitas lagi.
Oiya, kata temanku, aku lemah karena akhirnya tumbang juga. Dua hari sebelumnya, aku masih sibuk ngisi bimbel sana sini. Aku ingat aku sengaja pakai bedak dan lipstik yang tebal biar nggak terlihat pucat. Sampai rumah, aku masih menyelesaikan pesanan desain hingga pukul satu.

Setelah merasa cukup istirahat, aku berangkat ke sekolah dan mengajar bimbel. Seperti biasa, sampai magrib lagi. Aku bahkan menangis di dalam garasi, di atas motor setelah pulang. Menangis karena bingung mau merasakan yang mana dulu: pusing di kepala atau tanggungan yang sampai kapanpun seperti tak pernah reda. Dan esok harinya, seperti yang bisa kau tebak, aku tumbang.
Jadi, ketika temanku berkata seperti itu, aku nggak terlalu memikirkannya. Aku tahu persis sakit ini bukan karena lemah, tapi karena butuh istirahat. Malah aku senang karena punya alasan yang cukup baik untuk mengabaikan puluhan chat dari orang-orang, untuk tidur dan nggak melakukan apapun seharian, untuk makan apapun tanpa harus bingung harus lari berapa kilo atau workout model apa besok pagi. Kan aku sakit, haha.

Aku aja yang sakit, kamu jangan 

Selamat Tahun Baru Hijriah ^^

Lampung Selatan, 31 Agustus 2019 | 11.51 PM

Share:

Jumat, 30 Agustus 2019

Tersesat - Jejak Perjalanan


Lokasi : Kota Tua Jakarta
Semoga perjalananmu penuh kemudahan Semoga setiap langkah yang kau ambil mendekatkanmu kepada-Nya. Semoga segala hal yang kau lalui ngga hanya menambah pengalaman, tetapi juga keimanan. Semoga segala kesibukanmu penuh keberkahan. Semoga segala keputusan yang kau ambil selalu disertai ridho-Nya.
Sama sepertimu, aku juga sedang menempuh perjalanan. Aku ingin menemukan diri sendiri. Karena katanya, semakin seseorang mengenal diri sendiri, maka ia akan semakin mengenal Tuhannya. Dalam menempuh perjalanan itu, banyak hal telah kuperoleh, banyak juga hal yang telah kulepas. Sejauh ini, aku banyak mengambil keputusan yang besar dan sulit. Keputusan besar yang entah benar atau tidak dan keputusan yang sulit karena harus kutanggung sendiri risikonya.
Tahu nggak?
Hal yang paling kutakutkan adalah kalau-kalau Allah nggak suka dengan keputusan yang kuambil. Sudah susah payah, tapi Allah nggak suka. Sudah jatuh bangun, tapi Allah nggak ridha. 
"Apa sih tanda Allah ridha dengan apa yang sedang kita perjuangkan?"
"Apa lebih baik aku melakukan hal sederhana saja?" 
"Atau mengejar hal besar yang akan membawaku entah kemana?"
Kau, bisa membantuku menjawabnya?
Lampung Selatan, 30 Agustus 2019

Share:

Kamis, 29 Agustus 2019

Jangan (Bingung)



Kalau suatu hari kamu bingung dan merasa takut tentang masa depan, santai aja. Ingat-ingat bahwa beban hari ini saja sudah berat, tapi kamu bisa melaluinya. Apalagi besok atau lusa?
Jangankan esok lusa tentang menjadi wanita karir atau ibu rumah tangga, misalnya. Hari ini saja, mungkin banyak dari kita sudah kebingungan menjalani banyak peran. Tentang menjadi anak yang berbakti, cucu yang telaten, kakak yang memberi teladan, muslimah yang bermanfaat, penghafal quran yang istiqomah, teman yang baik, dan diri sendiri.
Rasanya ingin menjadi amoeba yang bisa membelah diri, lalu menjalankan banyak peran dalam satu waktu. Sehingga kita nggak perlu bingung membagi prioritas, nggak perlu merasakan dilema antara mengerjakan tugas atau membantu orangtua, nggak perlu repot mengatur waktu istirahat dan olahraga agar sehat setiap saat, dan nggak perlu memilih, karena kita bisa melakukan segalanya.
Yah, itu kan harapan. Nyatanya, kita punya keterbatasan.
Tapi, tunggu dulu. Mungkin justru disinilah Allah akan menurunkan berkah, hingga pekerjaan yang terlalu banyak ternyata selesai juga. Disinilah Allah akan mengirim teman dan sahabat terbaik untuk meringankan tugas kita. Dan disaat seperti ini pula Allah nggak ingin kita sombong seolah bisa menyelesaikan segalanya sendiri…
Karena kebingungan memaksa kita untuk berdoa, dan merendah memohon pertolonganNya.
Lampung Selatan, 29 Agustus 2019 
10.36 PM
Share:

Senin, 26 Agustus 2019

Pantai Tapak Kera : Surganya Batu Karang


Sumber : Dokumen Pribadi

Keindahan alam di tanah Sai Bumi Ruwa Jurai tidak diragukan lagi.  Destinasi wisata yang ditawarkan pun beragam, mulai dari pantai, snorkeling, keindahan terumbu karang serta bagi pecinta trekking terdapat destinasi untuk menikmati alam dari ketinggian.

Satu contoh adalah pantai yang kami datangi kali ini, yaitu Pantai Tapak Kera di Desa Kenjuruan, Merak Belantung, Kalianda, Lampung Selatan Provinsi Lampung. Pantai ini terbilang baru di kalangan para pelancong dan anak muda penyuka jalan-jalan khususnya di Lampung.

Dengan panorama indah yang belum terjamah banyak orang, pantai ini menjanjikan latar swafoto menakjubkan dengan deretan batu karang eksotis.

Awalnya, warga sekitar menyebut daerah ini dengan nama Penampa Kekha. Dalam bahasa Lampung, nama itu punya makna tempat para kera beristirahat dan berkumpul. Seiring bertambahnya jumlah orang yang berdatangan ke lokasi ini, pelafalannya pun berubah jadi Tapak Kera.

Lokasi pantai indah ini berada di Dusun Kenjuruan, Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan. Letak pantai tersembunyi dan masih sulit ditempuh karena akses jalan yang belum memadai. 

Untuk menuju ke pantai dari kota Bandar Lampung diperlukan waktu lebih dari dua jam. Dan  karena kami dari Sidomulyo, cukup memerlukan waktu 30 menit untuk menuju lokasi. Sampai di pertigaan Dusun Kenjuruan, kami menuju sebuah masjid di sebelah kiri jalan sebagai awal masuk menuju pantai tapak kera. Kami Masuk dan mengikuti jalan tanah sekitar kurang lebih 300 meter hingga bertemu jalan setapak.

Setelah melewati jalan setapak dan perkebunan milik warga,  kami memarkir kendaraan karena jalannya hanya dapat dilalui dengan berjalan kaki. Jangan cemas, ada juru parkir dan beberapa warung warga yang siap menjaga kendaraan kami. 

Perjalanan selama kurang lebih 20 menit menuju Pantai Tapak Kera.  Kami menyusuri bukit dan ladang pertanian jagung milik warga setempat dan beberapa embung milik warga setempat.

Kami harus mengeluarkan uang Rp20 ribu untuk tiket masuk per orang. Dan Harga ini tak seberapa dibandingkan panorama pantai yang akan di temukan. Jauhnya perjalanan dan panasnya matahari benar benar terbayarkan dengan indahnya pantai tapak kera.

Sumber : Dokumen Pribadi

Jernihnya air laut, pantai berpasir bersih, rimbun pepohonan dan gugusan karang bertebaran seakan bersatu menawarkan keindahan dan menyambut kehadiran kami. Para penggemar foto dapat berswafoto dengan latar gugusan batu karang. Atau naik ke atas karang terjal untuk mengabadikan keindahan pantai dari ketinggian.

Sumber : Dokumen Pribadi 

Di Pantai Tapak Kera, pengunjung tidak dianjurkan untuk berenang saat laut pasang karena batu-batu karang tajam dan terjal bertebaran di lokasi. Meski bahaya, di sisi lain kehadiran hamparan karang ini justru menambah nilai unik dan cantik lokasi pantai.

Saat air laut surut, gugusan karang akan meninggalkan sebuah kolam dangkal. Kolam mini ini dapat dipakai berendam atau bermain air. Sayangnya, ketika kami tiba air laut sedang pasang. Sehingga kami hanya menikmati indahnya pantai diatas karang-karang indah.

Selain untuk penikmat wisata pantai, para pengunjung yang gemar trekking atau lintas alam dapat menemukan tantangan saat menuju lokasi. Akses berupa jalan setapak, naik turun ladang, dan perbukitan cocok untuk menyalurkan hobi tersebut.

Yang perlu diperhatikan, lazimnya di setiap daerah ada norma yang harus dijaga dan dihormati. Di pantai ini, pengunjung wajib menjaga sopan santun dalam berbicara atau bertingkah laku. Dan tetap menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan. Pantai Tapak Kera merupakan salah satu aset pariwisata lampung yang harus kita kenalkan ke penjuru negeri. Ayo ke Lampung!

Alam sangat indah, kita saja yang enggan untuk menjenguknya.

Sampai bertemu di perjalanan selanjutnya...

Lampung Selatan, 26 Agustus 2019 | 21.30 PM




Share:

Jumat, 23 Agustus 2019

Ratmiku : Pusat Accesories yang Memanjakan Mata




Itu fotonya dimana? Kok bagus?
Bunga asli atau palsu?
Itu di Lampung?

Deretan pertanyaan nitizen memenuhi notifikasi handphone jadul saya. Setelah beberapa detik mengunggah foto di salah satu pusat perbelanjaan. Alay sih, numpang foto disalah satu tempat perbelanjaan. Tapi Jiwa narsisme saya seringkali muncul tanpa disadari. Haha

Ratmiku adalah salah satu pusat perbelanjaan Accesories, Home decor & Fashion Hijab yang ada di Lampung. Ratmiku bisa menjadi pilihan dalam mencari pernak pernik untuk menghiasi rumah, kebutuhan fashion hijab, bahkan perlengkapan untuk pernikahan. Dengan konsep modern kekinian konsumen diberikan banyak pilihan yang unik dengan harga yang terjangkau.




Ratmiku juga memberikan promo di waktu-waktu tertentu. Sepeti halnya pada bulan Agustus ini, bagi siapapun yang bernama Agus dan Ratmi akan mendapat beberapa potongan harga. Adapula promo potongan untuk pembelian barang yang berwarna merah dan putih.

Ratmiku beralamatkan di Jl. Raden Ajeng Kartini, Tj. Karang, Engal, Kota Bandar Lampung diseberang mall kartini. Saya menuliskan ini bukan karena disponsori untuk endorse atau yang lainnya. Saya menulis karena saya suka dan saya perlu membagikan kabar baik ini bagi teman-teman yang membaca. Tapi kalau memang ada honornya saya sangat tidak menolak. Syukur -syukur dapat potongan harga #Ngarep

Hal yang paling menarik lainnya dari Ratmiku adalah rangkaian bunga palsu yang tersusun rapih. Terlihat seperti nyata tetapi palsu. Persis kehidupan ini, haha..

Ratmiku bisa menjadi salah satu referensi belanja Accesories, home decor dan fashion hijab dengan tempat yang nyaman dan memanjakan mata.

Sampai bertemu di perjalanan selanjutnya...

Lampung Selatan, 23 Agustus 2019 | 10.00 AM

Share:

Kamis, 22 Agustus 2019

Muncak Teropong Laut Lampung : Destinasi Diatas Awan


Mau jalan kemana kita?

Pertanyaan yang kami pikirkan sedari pagi pasca mengisi training di Kotabumi Lampung Utara. Sebelum kami semua pulang ke habitat masing-masing, kami berencana ingin menghabiskan sisa waktu di bandar Lampung. Pertanyaan yang mungkin tidak akan ada kalau saja Syarif ( teman saya) pulang ke Jogyakarta sehari sebelumnya. Karena biaya  keberangkatan tertahan, menjadi semacam berkah buat syarif bisa nambah tinggal satu hari dan bisa jalan-jalan ke beberapa tempat wisata di Lampung yang sedang ramai dibicarakan anak muda setempat. Muncak Teropong Laut salah satunya menjadi tujuan kami.

Setelah menunggu Walid hampir 2 jam, akhirnya kami berangkat langsung menuju Muncak Teropong Laut. Sebidang tanah di atas bukit yang sedang dibangun untuk dijadikan cafe. Namun karena terdapat semacam viewing point berupa bangunan kayu yang memiliki latar belakang teluk Lampung, tempat ini pun berangsur ramai dikunjungi.

Terletak di Desa Muncak kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran. Muncak Teropong Laut menawarkan pemandangan cantik Pesisir Pesawaran dan Teluk Lampung. Bebukitan yang masih rapat ditumbuhi pepohonan, pantai dan laut, serta langit biru di saat cerah, menjadi sebuah daya tarik alam yang dicari ‘wisatawan’ muda untuk difoto. Sebuah daya tarik yang mungkin tidak kita hiraukan selama ini. Hanya sebuah “scenic view cafe” yang belum jadi, tetapi sudah menarik orang untuk datang.


Entah siapa yang memulai foto di atas situ. Dari foto sebelum ada bangunan dan bertahap sampai ada bangunan. Menyebar secara viral di media sosial terutama instagram. Akhirnya setiap hari tempat ini semakin ramai dikunjungi. Luar biasa ya pengaruh media sosial saat ini. Tak butuh waktu tahunan untuk meramaikan suatu tempat. Dalam hitungan minggu suatu tempat yang sebelumnya tidak kita ketahui keberadaannya bisa menjadi beken. Sebenarnya Muncak Teropong Laut ini sudah hitz sejak tahun 2017 awal. Ini kali kesekian saya kesini, sekaligus menjenguk destinasi bersejarah bagi kehidupan saya. Haha

Siang itu saat kami sampai, sudah banyak motor yang parkir. Saat mau masuk ke dalam, seorang penjaga menegur kami dengan ramah dan menjelaskan bahwa kami harus membayar tiket masuk seharga sepuluh ribu rupiah. 

"Wahh harganya naikk, biasanya cuma lima ribu" batin saya dalam hati. Dari pada ribut dengan penjaga, kami mengeluarkan biaya untuk masuk kedalam.


Setelah membayar kami pun masuk ke dalam.
Ternyata sudah banyak anak muda di situ, mungkin ada sekitar belasan orang. Karena kami datang bukan dihari libur, jadi tidak terlalu ramai seperti biasanya.

Persis lurus dari pintu masuk terdapat sebuah beranda dengan pagar kayu. Ada beberapa muda-mudi berdiri bergantian memotret dan dipotret. Beberapa memilih berfoto selfie dan welfie. Sambil menunggu beranda tersebut sepi, kami berkeliling sendiri-sendiri, memotret beberapa sudut. Tak lama beranda tadi terlihat sepi, tidak mau kalah dengan yang lain, kami saling foto di beranda tersebut.

Sayangnya, keadaan muncak Teropong Laut sudah tidak sebagus dua tahun lalu. Ada beberapa spot foto yang mulai rusak, tidak terurus bahkan hilang. Tetapi keindahan yang diberikan tidak berubah sama sekali. Perpaduan birunya laut dan hijau nya pepohonan menjadi obat setelah lelahnya perjalanan menuju muncak ini.


Saya sarankan untuk datang pagi Atau datang menjelang sore saat sinar matahari tidak terlalu keras. Sehingga kamu bisa maksimal memotret latar belakang Teluk Lampung dan langit biru kalau cerah. Selain waktu itu ya boleh-boleh saja datang menikmati suasana dan foto-foto. Yang penting kan sama-sama senang kalau kita jalan-jalan. Meskipun saya belum pernah sekalipun datang pagi pagi sekali. Haha..

Setidaknya, Muncak Teropong Laut bisa menjadi salah satu destinasi wisata. Bagi kamu yang mencintai perbukitan dan pegunungan.

Sampai bertemu di perjalanan saya selanjutnya..

Lampung Selatan, 22 Agustus 2019 | 20.50 PM

Share:

Rabu, 21 Agustus 2019

Kita Tidak Pernah Tahu


Menuliskan ini sambil mengingat-ingat perihal perjalanan yang cukup jauh dilakukan hingga detik ini. Atas kebaikan Allaah Ta’ala yang tiada pernah berhenti meski itu hanya sepersekian detik saja.

Terkadang dalam perjalanan hidup yang kita lalui tak pernah terlepas dari sedih dan bahagia. Kita memiliki kawan selama kita mengarungi kehidupan, kita ditinggalkan oleh orang yang sangat kita percaya, kita dicampakkan oleh orang yang dekat dengan diri kita, atau kita bahagia meski dengan keadaan sulit sekalipun.

Kenyataannya,takdir Allaah selalu berlaku kepada kita sekalipun kita tidak ridha atas itu semua. Tapi pernah tidak kita dibuat bahagia meski diawal penerimaan kita dibuat tertatih-tatih dalam menapakinya?

aku pernah, dan aku mensyukuri itu. sesuatu yang berat memang harus kita lalui. sesuatu yang menyakitkan memang harus kita rasakan. kita perlu dibenturkan, agar kita lebih kuat dalam menapakinya. kita perlu menangis agar kita paham perasaan sakit. Tak apa. lalui saja.

Sebab memprotes takdirNya tidak akan mengubah ketetapanNya. lalu? terimalah dengan baik, berdamailah dengannya, dan bangkitlah dari rasa sakit. setelah itu, berbaik sangkalah selalu dan selalu. Insya Allaah, takdir baik itu akan datang kepadamu dengan ketetapan yang baik.

*Adromedanisa

Lampung Selatan, 21 Agustus 2019

Share:

Senin, 19 Agustus 2019

Review : Film Bumi Manusia




Finnally…

Semenjak munculnya kabar buku “Bumi Manusia” akan difilmkan dengan judul yang sama. Saya tidak sabar membayangkan bagaimana novel fenomenal ini hadir ditengah masyarakat. Bertepatan dengan HUT Republik Indonesia ke 74 saya memutuskan untuk memilih Bumi Manusia sebagai satu hal yang dinantikan. Membayangkan bagaimana Minke diperankan oleh Iqbal Ramadhan.

Tidak seperti hari-hari biasanya, sebelum film dimulai. Seluruh penonton dipersilahkan berdiri dan menyanyikan lagu Indonesia Raya secara bersama-sama. Secara langsung jiwa Nasionalisme memenuhi ruang bioskop.

Namun ternyata Iqbal Ramadhan tampil dengan apik membawakan karakter Minke yang kokoh, cerdas, dan berwibawa. Dalam film ini, ia benar-benar menunjukkan kelasnya sebagai aktor profesional yang mampu memberikan nyawa bagi karakter yang ia perankan. Meskipun karakter dilan sering kali terlihat ketika minke mencoba merayu annellis.  Adapun hal lain yang sedikit mengganjal yaitu, Minke tokoh utama yang diperankan oleh iqbal terasa sempurna bagi para penonton yang belum membaca bukunya. Namun, terasa aneh bagi yang baca novelnya terlebih dahulu. Mengapa mimik muka Minke dari awal film hingga selesai seperti terintimidasi, kebingungan. Well... itu dia yang mengganjal. Karakter slengekan, penasaran yang tinggi, pengkritik keras pada pribadi Minke seperti pudar di dalam film.

Selain Iqbaal, penampilan luar biasa juga ditunjukkan oleh Sha Ine Febriyanti yang berperan sebagai Nyai Ontosoroh. Watak bijaksana dan teguh pendirian benar-benar bisa kita rasakan hanya dari bagaimana ia menatap. Sebagai sosok yang paling berpengaruh dalam film, Ine bisa membuat kita bahagia saat melihat anaknya menikah, bisa membuat kita merasakan bagaimana perjuangan Nyai Ontosoroh dan merasakan sedih yang teramat dalam saat Nyai Ontosoroh kehilangan anaknya.

Kedua karakter itulah yang mampu mengajak penonton untuk bersimpati pada nasib yang menimpa mereka. Selain mereka, pemain-pemain lain juga tampik dengan apik dan meninggalkan kesan yang berbeda-beda. Meski memiliki durasi yang cukup lama yaitu 3 jam. Bumi manusia cukup berhasil membuat penonton untuk terus menikmati ceritanya. Film ini berpotensi membuat penonton ngantuk. Namun, dalam durasi 3 jam tersebut diisi dengan adegan-adengan romansa, komedi dan tak terduga. Pastikan kamu jangan terlalu banyak minum ketika m\akan masuk kedalam bioskop ya…

Satu hal yang saya salut dari film ini adalah totalitas para pemain dalam memerankan masing-masing peran yang diberikan. Beberapa aktris dan aktor bahkan harus menguasai empat bahasa sekaligus demi mendalami peran mereka. Iqbaal Ramadhan, Mawar Eva de Jongh, Bryan Dormani dan Giorgino Abraham misalnya, mereka harus memahami bahasa Indonesia, Belanda, Inggris dan Jawa demi peran mereka. Meski secara keseluruhan baik, tapi di beberapa kata, telinga saya merasa janggal pada pengucapannya. Aneh. Tapi, masih bisa dipahami. Sulit memang mengucapkan kata yang bukan menjadi bahasa keseharian. Namun, usaha setiap pemeran patut diacungi jempol.

Salah satu aspek yang menyita perhatian saya sinematografi film ini. Bagaimana kamera bergerak, framing, dan hal-hal teknis lainnya berhasil memanjakan mata.  Hal lain yang sangat patut diapresiasi adalah scoring sepanjang durasi. Banyak momen jadi lebih mengena karena adanya sentuhan nada-nada yang ditata sedemikian rupa. Terlebih lagi terdengar begitu mewah dan megah di telinga, maka untuk mendapatkan pengalaman terbaik merasakan atsmosfer haru, tegang, dan lainnya sudah pasti tontonlah di bioskop. Itu sudah cara yang paling benar.

Hal menarik lainnya, lagu Ibu Pertiwi yang dinyanyikan oleh Iwan Fals, Once dan Fiersa Besari sebagai sountrack film Bumi Manusia menambah Ruh pada akhir film. Perpisahan yang terjadi membuat penonton dengan sukarela meneteskan air mata. Termasuk Saya. haha 

Secara singkat, film Bumi Manusia adalah karya yang pantas untuk dihargai dan dirayakan sebagai salah satu sejarah yang membanggakan. Oleh sebab itu, jangan lupa menontonnya di bioskop-bioskop sebelum turun tayang ya…

Salam perfilman Indonesia..
Lampung Selatan, 19 Agustus 2019




Share: